Digitalisasi 'Menakutkan', Edward Tirtanata: Takut sama Masa Depan Tidak Membawa Kita Kemana-mana
CEO dan co-founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata mengungkap cita-cita Kopi Kenangan untuk menjadi pemain global. Dalam video YouTube Gita Wirjawan bertajuk "Mimpi Kopi Kenangan Jadi Pemain Global | #Endgame ft. Edward Tirtanata (Part 3)", Edward mengatakan ia percaya diri Kopi Kenangan bisa membuat pecintanya 'baper' hingga 'susah move on.'
"Baperista itu 99% mengenang, 1% menyeduh. Jadi banyaknya mengenang bukan menyeduh. Jadi dari situ, kita meningkatkan kualitas kita setiap tahun," ujar Edward.
Kemudian, strategi kedua Kopi Kenangan adalah dengan teknologi. Edward ingin semakin banyak orang yang menggunakan aplikasi Kopi kenangan, sehingga customer semakin susah move on ke brand lain.
Baca Juga: Kopi Kenangan Jadi Unicorn, Edward Tirtanata Malah Jadi Parno: Perjalanan Belum Selesai
Terkait Initial Public Offering (IPO), Edward mengakui bahwa awalnya Kopi Kenangan berencana IPO pada tahun 2022. Namun, karena pandemi, Edward lebih melonggarkan target itu.
"Jadi kita tidak tahu kapan. Kita tahu kapan kita akan siap. Kita tahu kita harus mencapai omset berapa, dan kita tahu kita harus punya di beberapa negara," ujar Edward.
Edward mengungkap ketika ia berujar Kopi Kenangan adalah khasnya Asia Tenggara, maka investor akan sangat tertarik. Karena itulah Edward menargetkan Kopi Kenangan menjadi brand global seperti McDonalds hingga Starbucks. Edward pun menargetkan setelah menjadi unicorn, Kopi Kenangan harus menjadi pemain utama baru melangkah untuk IPO.
Edward berkaca pada tahun 1970-1980an, Indonesia sering diminta untuk ekspor kopi ke Vietnam, bahkan orang-orang Indonesia sering diminta untuk mengajari negara itu cara menanam kopi. Namun sekarang, produktivitas kopi Indonesia malah kalah dengan negara-negara yang dulu diajari Indonesia. Edward ingin kopi Indonesia kembali maju dan mendunia.
Edward menargetkan pada tahun 2045, 100 tahun Indonesia merdeka, ia ingin Kopi Kenangan sudah menjadi No. 1 dan harus sudah ada di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), UK, dan lain sebagainya. Edward juga tidak ingin seperti Starbucks yang model bisnisnya franchise, karena ia ingin memiliki seluruh kedai Kopi Kenangan.
Kedepannya, Edward juga berharap tidak ada lagi buku menu, dan digitalisasi sudah semakin maju. Sehingga, untuk melihat menu tinggal QR Scan Code, pesan, dan pembayaran pun melalui cashless. Bahkan mungkin Bapersita nantinya sudah tidak ada lagi, semua diganti dengan mesin. Edward juga turut mengingatkan kita agar tidak takut dengan digitalisasi.
"Takut sama masa depan itu nggak akan membawa kita ke mana-mana," ujarnya. "Orang kehilangan pekerjaan karena digitalisasi itu mungkin banget. Mulai dari karena AI, robotisasi, itu sangat mungkin. Makanya untuk ke depan, kita nggak bisa hanya melatih pekerjaan manual saja," tandasnya lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: