Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kentang Goreng Ukuran Large Hilang dari Menu Restoran Cepat Saji Ternama, Ternyata Penyebabnya...

        Kentang Goreng Ukuran Large Hilang dari Menu Restoran Cepat Saji Ternama, Ternyata Penyebabnya... Kredit Foto: Byurger
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kelangkaan kentang untuk konsumsi industri makanan saat ini, yang sudah mengakibatkan hilangnya kentang goreng ukuran large dari menu restoran cepat saji ternama, menggambarkan betapa tergantungnya negeri ini pada impor dalam pemenuhan kebutuhan industrinya.

        “Kelangkaan kentang saat ini terjadi karena disrupsi rantai pasok global. Namun disrupsi ini hanya temporer. Secara jangka panjang, Indonesia tetap membutuhkan impor kentang dari luar negeri untuk memenuhi konsumsi,” ujar Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Ananta.

        Baca Juga: Perkuat UMKM, CSR BRINS Sulap Plaza Kuliner Galaxy Bekasi

        Bagi kebanyakan rumah tangga, kelangkaan kentang ini tidak terasa karena selain bukan merupakan bahan pokok, pasokan kentang sayur yang biasa dikonsumsi rumah tangga, memang masih mencukupi. Kelangkaan terjadi pada pasokan kentang olahan untuk keperluan industri makanan, seperti untuk french fries atau keripik misalnya.

        Indonesia hanya dapat memproduksi sekitar 25 persen dari kebutuhan kentang olahan industri makanan. Defisitnya dipenuhi dengan mengimpor kentang olahan, terutama varietas Atlantic, dari Eropa dan Amerika Serikat. yang mutu olahnya lebih baik dan lebih stabil. Sebagian juga menggunakan kentang dari surplus kentang sayur dengan mutu olahan yang lebih rendah.

        Data Balai Penetlitian Tanaman Sayurtan (BALISTA) tahun 2020 menunjukkan Indonesia mengimpor 25.410 ton kentang dari Belgia, 20.850 ton dari Amerika Serikat dan 19.100 ton dari Belanda dengan total nilai nilai impor mencapai $69,79 juta.

        Kelangkaan stok kentang olahan yang kini tidak saja dialami Indonesia tetapi juga negara-negara lain. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya kapasitas pertanian dan industri pengolahan di Amerika serikat menyusul merebaknya pandemi Covid-19, serta faktor cuaca yang menyebabkan banjir di pelabuhan transit seperti di Vancouver, frost dan curah hujan tinggi di Afrika Selatan

        Di Indonesia, kelangkaan ini sudah menyebabkan sebuah restoran cepat saji ternama menghentikan penjualan kentang goreng ukuran besarnya sejak awal bulan ini.

        Produksi kentang Indonesia terus fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir ini. Tapi volumenya selalu melebihi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Sekitar 80 persen produksi kentang di Indonesia merupakan kentang sayur untuk kebutuhan rumah tangga. Sementara sisanya kentang olahan untuk industri makanan.

        “Peningkatan produktivitas kentang dalam negeri perlu terus diusahakan supaya kualitasnya berdaya saing. Prosedur impor yang transparan dan sederhana juga diharapkan dapat memastikan ketersediaan kentang untuk kebutuhan industri,” tandas Felippa.

        Statistik tanaman sayuran dari BPS mencatat produksi kentang Indonesia dalam rentang waktu 2016-2020 berfluktuasi dari 1.213.041 ton di tahun 2016 menjadi 1.164.738 ton di 2017, 1.284.762 ton di 2018, 1.314.657ton di 2019 dan 1.282.762 ton di tahun 2020.

        Tingkat konsumsi kentang oleh rumah tangga pada kurun waktu yang sama berada pada 647.500 ton tahun 2016, 587.200 ton di 2017, 608.200 ton di 2018, 726.870 ton di 2019 dan 690.370 ton di tahun 2020.

        Volume maupun nilai impor kentang olahan maupun segar dalam periode 2016-2020 juga berfliktuasi.  Volume impornya berkisar antara 106.220 ton hingga 140.087 ton sementara nilainya juga berfluktuasi antara $85,2 juta dan $124.9 juta.  Tahun 2020, Indonesia mengimpor 133.564 ton kentang senilai $114.6 juta

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: