Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Sukses Petani Banyuwangi Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah Berkat Listrik PLN

        Kisah Sukses Petani Banyuwangi Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah Berkat Listrik PLN Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT PLN (Persero) sukses mendukung peningkatan produktivitas petani buah naga melalui program Electrifying Agriculture. Kelompok Petani Buah Naga (Panaba) Banyuwangi menjadi salah satu kelompok petani yang merasakan manfaat program ini.

        Keberhasilan para petani buah naga di Banyuwangi ini tidak terlepas dari peran Edy Purwoko, Ketua Panaba yang menginisiasi penerapan Electrifying Agriculture kepada rekan-rekannya. Edy rutin mengedukasi para petani untuk memanfaatkan penggunaan lampu untuk meningkatkan produktivitas buah naga.

        Baca Juga: PLN Gandeng KPK Awasi Tender Program Konversi PLTD

        Melihat kegigihan dan komitmennya, tidaklah mengherankan jika Edy meraih Electrifying Heroes Silver Apreciation dalam ajang penghargaan Wirausaha Tangguh 2021 yang digelar PLN. Edy merupakan salah satu generasi awal petani di Banyuwangi yang membudidayakan buah naga. Dari penuturannya, tanaman buah naga masuk sekitar tahun 2009.

        Perlahan namun pasti, segar dan ranumnya buah naga mulai membuat kesengsem masyarakat. Sayang, di saat permintaan terus tumbuh, produktivitas tanaman buah naga masih rendah sehingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar.

        Bertahun-tahun membudidayakan buah naga, Edy dan beberapa petani lain menemukan satu fenomena, tanaman buah naga yang berdekatan dengan lampu lebih produktif dan kerap berbuah di luar musim. Entah itu lampu di teras rumah, pekarangan, maupun lampu penerangan jalan.

        Dari temuannya tersebut, pada 2014 Edy dan sejumlah petani lainnya lantas melakukan percobaan. Mereka memasang lampu di kebun-kebun yang berdekatan dengan aliran listrik. "Terbukti, terang lampu itu meningkatkan produktivitas tanaman buah naga. Di antaranya, memperpanjang durasi masa panen," papar Edy.

        Alhasil, produktivitas mereka meningkat dari 14 ton per hektare menjadi 26 ton per hektare. Pendapatan pun meningkat dari Rp42 juta per hektare per tahun menjadi Rp390 juta per hektare per tahun. "Ini termasuk buah naga yang berbuah di luar musim dengan harga rata-rata tahunan Rp10 ribu per kilogram," sebutnya.

        Melihat percobaannya sukses, para petani lain pun mulai memasang lampu di kebun-kebun yang jauh dari aliran listrik PLN. Meski mahal, mereka tetap nekat. Sebab, lampu di kebun terbukti meningkatkan produktivitas nyaris dua kali lipat, dan tak kalah pentingnya, berbuah di luar musim sehingga harganya tinggi.

        "Petani di Banyuwangi itu dikenal sebagai petani wani, pemberani. Berani modal asal hasilnya setimpal. Di kampung saya ini ada empat gardu induk, itu khusus untuk penerangan lampu di kebun," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

        Edy kini memiliki tujuh hektare lahan buah naga. Enam hektare di antaranya telah menerapkan penerangan lampu secara intensif. Hasil penjualan per tahunnya mencapai miliaran rupiah.

        Gerak Cepat PLN 

        Melihat antusiasme para petani untuk menerapkan Electrifying Agriculture, PLN pun merespons dengan langsung memasang jaringan khusus untuk para petani. Berawal dari Kecamatan Purwokarjo, intensifikasi pertanian buah naga itu kemudian berkembang hingga ke kecamatan lain dan terus meluas hingga saat ini.

        Kemudahan jaringan ini kemudian disusul dengan penerapan Electrifying Agriculture lainnya, seperti untuk pengairan. Sebelumnya, petani menggunakan mesin pompa air berbahan bakar diesel sehingga kebutuhan biayanya cukup tinggi, yaitu sekitar Rp8,9 juta per bulan.

        "Kini setelah menggunakan listrik PLN, biaya yang dikeluarkan hanya Rp4,6 juta per bulan," ungkap dia.

        Edy menambahkan, migrasi alat pertanian ini membuat petani lebih hemat dan tetap produktif. Kini, total produksi buah naga di Banyuwangi meningkat dari 19.068 ton per tahun menjadi 98.436 ton per tahun. Melimpahnya panen buah naga membuka peluang lainnya. Misalnya saja, pemanfaatan buah naga menjadi makanan olahan seperti dodol buah naga, keripik buah naga dan mi buah naga.

        Saat ini, Edy rutin memberikan pembinaan terkait bagaimana cara meningkatkan produktivitas buah naga, baik cara merawat tanaman buah naga maupun cara menggunakan lampu pada saat di luar musim. Dia juga aktif menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan sharing session tentang pertanian buah naga sehingga ilmu tentang buah naga dapat tersebar luas di kalangan petani, terutama petani milenial.

        Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi, mengatakan bahwa PLN siap mendukung pengembangan sektor pertanian modern melalui Electrifying Agriculture. Program ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga bisa mendongkrak kesejahteraan para petani.

        "Kami mendukung dengan memberi kemudahan pemasangan jaringan listrik. Kami berharap program ini juga dapat mendukung target pemerintah dalam mencapai swasembada pangan," ungkap Agung.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: