Ukraina Belum Beres, Amerika Umumkan Visi Teranyar Indo Pasifik
Amerika Serikat (AS) membidik kerja sama dengan Indo Pasifik lewat 5 visi yang diumumkan pada 11 Februari 2022 di tengan konflik Rusia Ukraina.
Kedutaan Besar AS di Jakarta dalam pernyataannya, Senin (14/2/2022), menulis Pemerintahan Joe Biden dan Kamala Harris mengumumkan Strategi Indo Pasifik dan Lembar Fakta. Yang menyertainya sebagai visi untuk menciptakan kawasan yang tetap bebas, terbuka, semakin tangguh, makmur, aman, dan saling terhubung.
Baca Juga: Amerika Pulihkan Strategi di Indo-Pasifik Demi Imbangi China, Apa Saja Langkahnya?
Menteri Luar Negeri AS Antony J Blinken menyampaikan pidato tentang komitmen negaranya terhadap keamanan dan kemakmuran Indo Pasifik di Jakarta, pada 14 Desember 2021. Dalam pidatonya, Blinken menguraikan visi bersama untuk Indo-Pasifik serta bagaimana AS akan bekerja dengan sekutu dan mitranya untuk mewujudkan visi itu.
“Visi Amerika Serikat untuk kawasan Indo Pasifik berpusat pada lima elemen inti yang sama-sama dimiliki banyak negara dan masyarakat,” katanya.
Pertama, AS berkomitmen akan memajukan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka di mana masalah akan ditangani secara terbuka. AS meyakinkan aturan akan ditegakkan secara transparan serta diterapkan secara adil, barang dan gagasan serta orang akan melintas dengan bebas melalui daratan, dunia maya, dan laut lepas dengan pemerintahan yang transparan dan tanggap terhadap rakyat.
Kedua, AS berkomitmen menjalin hubungan yang lebih kuat di dalam dan di luar kawasan Indo Pasifik. Ketiga, AS menyatakan komitmen untuk mendorong kemakmuran yang berdampak luas dengan menyediakan lebih dari satu triliun dolar dalam investasi luar negeri langsung di Indo Pasifik dan akan memenuhi permintaan dari kawasan ini lebih banyak.
Keempat, AS berkomitmen akan membantu membangun Indo Pasifik yang lebih tangguh. Dalam hal pandemi Covid-19 dan krisis iklim. Kelima, AS berkomitmen meningkatkan keamanan Indo Pasifik.
Dengan adanya ancaman yang terus bergulir dan pendekatan keamanan AS menyatakan akan mengandalkan kekuatan terbesarnya. Termasuk lewat aliansi dan kemitraan AS.
AS menyadari sebagian besar masa depan dunia akan ditentukan di Indo Pasifik. “Komitmen abadi kami untuk kawasan ini dan kolaborasi kami dengan para sekutu dan mitra kami akan membantu kami mencapai kawasan yang bebas dan terbuka, saling terhubung, sejahtera, tangguh, dan aman untuk semua,” kata Blinken.
Visi Indo Pasifik AS ini dipaparkan lagi, ketika ketegangan terjadi di Ukraina. AS mengklaim punya bukti bahwa Rusia siap menyerang Ukraina. Rusia membantah. Moskow dan menyatakan, mereka mengerahkan pasukan ke perbatasan Ukraina justru karena terancam dengan pergerakan negara aliasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menurut Presiden Vladimir Putin, AS ingin menggiring Rusia masuk ke dalam situasi perang dengan retorika-retorika seolah Moskow siap menyerang Kiev (Ibu Kota Ukraina).
Ukraina merupakan bekas Uni Soviet yang berbatasan dengan Uni Eropa dan Rusia. Ukraina bukan bagian dari anggota NATO, namun Ukraina adalah negara mitra. AS mendukung Ukraina masuk NATO yang mencemaskan bagi Rusia.
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia telah membara sejak 2014. Saat itu, Ukraina menggulingkan presidennya yang pro-Rusia dan militer Rusia menyeberang ke wilayah Ukraina, mencaplok Krimea dan mengobarkan pemberontakan oleh separatis di Ukraina timur.
Gencatan senjata yang lemah dicapai pada tahun 2015, tetapi perdamaian sulit dicapai di tengah perang yang telah menewaskan lebih dari 13.000 tentara dan warga sipil. Posisi Kremlin terhadap tetangganya semakin keras.
Putin beranggapan, Ukraina pada dasarnya adalah bagian dari Rusia, secara budaya dan historis. Kekhawatiran muncul pada akhir Oktober 2021, ketika Ukraina menggunakan drone bersenjata untuk menyerang howitzer yang dioperasikan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Rusia menyebut serangan itu sebagai tindakan destabilisasi yang melanggar perjanjian gencatan senjata.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto