KOL Stories x Handoko Hendroyono: Apakah UMKM Naik Kelas Hanya Sekadar Imajinasi?
Pemerintah terus mendorong Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk melakukan percepatan formalisasi dan digitalisasi agar bisa naik kelas, bahkan go global.
Karena dengan UMKM masuk sektor formal maka profil pengusahanya jelas dan catatan usahanya transparan, sehingga bisa mendapatkan bantuan dari stimulus pemulihan ekonomi nasional (PEN), akses pendanaan kredit bersubsidi perbankan, pembinaan yang tepat, serta peluang order besar dari BUMN maupun kementerian/lembaga (K/L).
Pemerintah termasuk BUMN perlu bersi nergi dengan kalangan dunia usaha mulai dari Kadin Indonesia, Asosiasi UMKM Indonesia, hingga perusahaan startup untuk mendorong scaling up UMKM.
Baca Juga: KOL Stories x Wayan Yoga Arsana: Belum Terlambat, Ini Cara Menyusun Strategi Investasi di Tahun 2022
Pasalnya, sinergi untuk membantu UMKM naik kelas ini sangat penting, karena hingga kini masih sedikit sekali yang akhirnya bisa tumbuh menjadi usaha besar.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM serta Asosiasi UMKM Indonesia mencatat, usaha menengah di Indonesia baru sekitar 60.700, dari total 64,2 juta UMKM.
Nah, ternyata usaha besar baru sekitar 9.000 dan yang menjadi perusahaan terbuka tidak sampai 1.000, yakni baru sebanyak 761 menurut catatan Bursa Efek Indonesia hingga kemarin.
Usaha besar di Tanah Air ini perlu diperbanyak, karena mereka punya modal besar, mampu mengakses teknologi terbaru, dan SDM lebih bagus. Hal ini bisa membuat produk-produk kita bersaing di pasar global, sehingga meningkatkan ekspor dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Untuk itu, Warta Ekonomi melalui KOL Stories akan membahas “Apakah Slogan UMKM Naik Kelas Hanya Sekedar Imajinasi?” dengan Handoko Hendroyono yang merupakan CEO sekaligus Founder dari Mbloc, Posbloc, Filosofi Kopi, dan Kebun Ide. Selain pebisnis, Ia juga seorang creative storyteller, pakar periklanan, penulis, produser, hingga brand activist.
1. Boleh diceritakkan awal mula bapak masuk ke dunia dunia bisnis?
Saya memulai bisnis pada tahun 2012 saat melihat momentum brand lokal memiliki kekuatan untuk maju pada tahun 2015. Ini berdasarkan riset dan buku yang saya tulis bahwa kebangkitan brand lokal bukan lagi jargon semata.
Bahkan, jika dibandingkan dengan tahun 2022 ini, brand lokal seperti sneakers saja sudah sangat kuat. Produk fashion juga berkembang. Sehingga brand lokal kian maju karena kekuatan lokalitas, lingkungan, sustainability. Jadi, kebangkitan lokal sangat kuat mengikuti tren dunia dan tren konsumen Indonesia.
2. Nah, ngomongin bisnis, sekarang ini banyak orang berminat untuk menjadi pengusaha yang pada akhirnya melahirkan UMKM baru di Indonesia. Bagaimana bapak melihat kondisi UMKM di Indonesia saat ini?
Sebenarnya ini kembali ke potensi. Saat ini, potensi di berbagai daerah, sebagai contoh kopi, di Jakarta Selatan memiliki kedai kopi lokal yang berkembang sangat baik. Dari segi rantai pasok, kualitas, sangat baik. Semuanya terbangun secara organik dengan sangat baik.
Di daerah-daerah lain seperti Maduin, Padang hingga Medan juga menjamur pertumbuhan kedai kopi dengan baik. Bahkan, lebih ramai dari kedai kopi luar seperti Starbucks. Itu menandakan bahwa ekosistemnya sudah siap untuk maju.
3. Pemerintah terus mendorong UMKM di Indonesia agar Naik Kelas bahkan go global, menurut pandangan bapak, apakah hal tersebut hanya sekedar imajinasi semata?
Permasalahannya adalah belum dibangun ekosistem secara bersama-sama dengan pemerintah atau swasta, untuk duduk bersama guna memajukan ekosistem ini. Padahal, banyak departemen yang membicarakan UMKM. Tetapi masih belum terkoordinasi, bahkan belum menjadi bagian strategi kota. Jadi, ekosistem dan koneksi harus direncanakan dan dibangun secara bersama-sama oleh pemerintah, swasta, kampus, dan lain sebagainya untuk naik kelas.
Sementara, naik kelas ini adalah konteks tata kota ataupun komersial space belum ada yang mengatur untuk menjadi sebuah kekuatan.
4. Sebenarnya, kunci agar UMKM bisa naik kelas dan mendapat investor itu apa?
Investor biasanya akan tertarik kepada UMKM atau startup yang memiliki konsep yang kuat, sebagai contoh Kopi Kenangan, Kopi Tuku, dan lain sebagainya. Itu menandakan bahwa peluangnya sangat besar.
Karena konsumen sudah berubah dan sangat berpihak pada produk lokal, maka pemilik brand lokal ini harus pandai membangun narasi bisnis model dan pandai mengelola SOP keuangan yang tepat dan transparan, operasional yang profesional tetapi juga dijalankan dengan hati. Dengan demikin, brand lokal akan semakin menarik bagi investor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: