Teknologi Digital Jadi Solusi di Masa Pandemi, Analis Ingatkan Ancaman Keamanan Data
Di era pandemi Covid-19 yang belum berakhir, peran teknologi digital dirasakan makin besar dan dibutuhkan untuk menjadi solusi kehidupan yang mulai berubah. Dengan kondisi sebagian besar aktivitas masyarakat dilakukan di rumah, untuk menekan penyebaran virus, booming penggunaan teknologi digital makin meluas ke seluruh tatanan kehidupan masyarakat, dari sekadar belanja kebutuhan sehari-hari, hingga aktivitas finansial.
Menyadari kondisi itu, Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengingatkan ancaman keamanan data di era booming teknologi digital saat ini. “Saat ini hampir semua industri menggunakan teknologi digital sebagai backbone inovasi, mulai dari e-commerce, smart factory, smart city, smart farming, smart health, smart banking/digital banking,” ujarnya di Jakarta, Senin (28/2).
Namun, lanjut dia, booming itu perlu diawasi karena adanya ancaman keamanan data. Menurut dia, makin besar penggunaan teknologi digital oleh masyarakat, maka kerentanan terhadap keamanan data makin tinggi pula.
“Dalam kondisi pandemi semacam ini, yang menuntut masyarakat bekerja dari rumah atau darimana saja, terbukti tidak menganggu pertumbuhan ekonomi. Namun, jangan salah, ada ancaman keamanan data yang perlu diawasi. Ini sangat rentan,” tuturnya.
Alfred menilai keamanan data menjadi keniscayaan di era booming teknologi digital. Industri telekomunikasi, kata dia, harus diperkuat dengan realitas bahwa service of quality harus terus dikedepankan. Sudah waktunya negeri ini mentransformasi mindset bahwa kualitas, kecepatan, dan keamanan data di sektor teknologi digital menjadi keniscayaan.
“Jangan selalu ‘membodohi’ masyarakat dengan iklan murah, namun service kedodoran. Keamanan data menjadi suatu keharusan. Jangan sampai terabaikan hanya gara-gara ingin harga murah,” paparnya.
Menurut dia, kecepatan, kualitas, dan keamanan data sudah tak bisa lagi ditutup-tutupi, bahkan masyarakatlah yang harus memberikan control terbaik tentang itu. “Sehingga tak ada lagi industri telko yang memberikan ‘kucing dalam karung’ kepada pelanggan,” jelasnya.
Dengan menyadari anatomi bisnis ini, lanjut dia, maka industri telko akan berjalan realistis. Industri telko juga membutuhkan ‘maintenance’ yang tidak murah, yang akhirnya tercermin dari layanan terbaik dalam hal kecepatan, kualitas, dan keamanan data.
“Industri telko jangan sampai terjebak dengan mengkampanyekan layanan murah saja, tanpa kualitas dan keamanan data yang terjamin,” ucapnya.
Alfred juga menyinggung banyaknya kasus terkait keamanan data yang terjadi di era pandemi Covid-19. Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, ada 35 kasus kegagalan perlindungan data pribadi yang ditangani Kemenkominfo sejak 2019 hingga Juli 2021. Menurutnya, kasus kegagalan perlindungan data pribadi itu menunjukkan perlunya peningkatan teknologi keamanan data.
"Memperhatikan kebocoran data yang cukup masif tidak ada pilihan lain, selain kita meningkatkan teknologi security atas semua penyelenggara sistem elektronik sebagai pemangku pemangku data," ujar Johnny yang dikutip dalam paparannya di akun Youtube Kemenkominfo, beberapa waktu lalu.
Karena itu, ia menekankan setiap penyelenggara sistem elektronik memastikan memiliki keamanan perlindungan data pribadi. Selain itu, setiap sistem penyelenggara elektronik perlu meningkatkan sumber daya manusia digital atau digital talent.
"Untuk memastikan sistem security berjalan dengan baik dan terupdate, jangan sampai tata kelola di dalam penyelenggaraan sistem elektronik justru menjadi sumber dari kebocoran data pribadi untuk itu pengawasan audit evaluasi dan monitoring harus dilakukan," ujar Johnny.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: