KSAD Dudung Larang TNI Undang Penceramah Radikal, Novel Bamukmin: Yang Dimaksud Radikal Tuh Gimana?
Wakil Sekretaris Jenderal PA 212, Novel Bamukmin, mempertanyakaan pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang melarang TNI AD untuk mengundang penceramah radikal.
Novel menyoroti bagian penceramah radikal yang dilontarkan oleh Dudung.
Baca Juga: Jadi Saksi Meringankan Munarman, Rocky Gerung Kasih "2 SKS" Soal Radikal: Bahaya Betul Negara Ini...
"Yang dimaksud radikal yang gimana ya? Saya nggak paham atas ucapan Dudung. Setahu saya yang radikal itu yang menghina agama dan membela penghina agama. Juga yang selalu membuat kegaduhan karena menyampaikan komentar yang bukan tupoksinya," kata Novel kepada Warta Ekonomi, Rabu (2/3/2022).
Dia melanjutkan, orang radikal yang ia yakini adalah yang intoleransi dengan membubarkan pengajian yang berbeda mazhab, yang dilakukan pasukan satpam gereja yang juga pernah membakar bendera tauhid, serta penjilat dari penjajahan oligarki yang akan mengubah paham komunis.
"Radikal itu yang berbuat makar ingin mengganti Pancasila dengan trisila dan ekasila. Radikal itu yang ingin mencabut Tap MPRS Nomo 25 Tahun 1966 yang diinisiasi oleh PDIP," ujar dia.
"Yang radikal itu para koruptor yang banyak bersarang di PDIP dan partai itu harus dibubarkan karena negara ini sudah dibuat gaduh. Negara ini juga sudah menjadi negara darurat penista agama," tambah Novel.
Ia kemudian menggarisbawahi penceramah yang perlu dilarang untuk diundang justru yang senang mengakui sebagai "Saya Pancasila", tetapi pendukungnya merupakan penista agama dan komunisme yang menjadi penjilat oligarki.
Justru, lanjut dia, penceramah yang perlu diundang seharusnya para ulama dan habaib yang menjaga nilai ketuhanan Yang Maha Esa dengan melawan para penista agama dan komunisme. Dalam hal ini, ia menyoroti Front Pembela Islam (FPI).
"Kalau mau undang ceramah itu ustaz yang suka membantu korban bencana di aman saja, termasuk kejadian tsunami Aceh di mana FPI paling terbanyak evakuasi mayat dan mendapat penghargaan dari WHO," tutur dia.
Baca Juga: Jokowi Bahas Penceramah Radikal, Orangnya Ibu Mega Langsung Nyahut, Menag Yaqut Diseret
Petinggi PA 212 itu juga menyebutkan aktivisme FPI lainnya terkait penanggulangan bencana alam, seperti gempa bumi di Sumatera Barat dan banjir di Banten.
Dia juga mengungkit soal aksi damai 212 yang melibatkan 13 juta orang dari berbagai kalangan yang dipimpin oleh Habib Rizieq Syihab pada 2018 lalu.
"Kalau mau undang penceramah itu yang sudah bersama dalam aksi damai 212 sebagai wujud nyata Islam rahmatan lil 'alamin. Kalau mau undang ceramah itu para ulama dan habaib yang istiqomah bela agama, bukan penjilat dan pengkhianat bangsa," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, KSAD Dudung menanggapi arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengingatkan jajaran TNI-Polri untuk tak mengundang penceramah radikal.
"Kami mengingatkan kepada para pangdam (panglima kodam) dan para danrem (komandan korem), jangan sampai salah memilih atau mengundang orang penceramah yang kemudian orang itu sudah terpapar radikalisme. Jangan sampai pemahaman-pemahaman yang tidak bagus itu nyampe ke keluarga besar kita," ujar Dudung di sela rapim TNI AD di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (2/3/2022).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: