Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ciri Penceramah Radikal Versi BNPT Ditelanjangi Habis-habisan, Rizieq & UAS Disebut Pancasilais!

        Ciri Penceramah Radikal Versi BNPT Ditelanjangi Habis-habisan, Rizieq & UAS Disebut Pancasilais! Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Terorisme Al Chaidar membantah ciri-ciri penceramah radikal yang dipaparkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ia mengatakan bahwa ciri-ciri tersebut tidak bisa dijadikan rujukan.

        Dalam rilis BNPT, Al Chaidar menyatakan sikap lembaga ini dalam mengelompokkan penceramah radikal jelas inkonsisten, sebab dalam satu poinnya BNPT menyebut ciri penceramah radikal adalah anti pancasila, tetapi sejumlah nama penceramah yang masuk daftar ustadz radikal yang bocor ke publik justru sangat mencintai dasar negara ini.

        "Lima ciri penceramah radikal itu tidak bisa dijadikan rujukan karena terdapat banyak hal yang tidak konsisten di dalamnya. Tidak konsisten seperti menyebut para penceramah radikal itu anti Pancasila, padahal Habib Rizieq Shihab dan Ustadz Abdus Somad sangat Pancasilais," katanya saat dikonfirmasi Populis.id pada Selasa (08/03/2022).

        Baca Juga: UAS dan Felix Siauw Masuk Daftar Penceramah Radikal, Refly Harun Pasang Badan, Omongannya Nyelekit

        Selain anti pancasila, ciri penceramah radikal versi BNPT adalah mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain berbeda paham, menanamkan sikap anti-pemerintah yang sah, juga memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan serta memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifan lokal. 

        Al Chaidar melanjutkan sikap inkonsisten BNPT juga terlihat ketika menyebutkan tentang konsensus nasional yang sudah final, padahal banyak konsensus yang diingkari oleh pemerintah sendiri. Seperti Piagam Jakarta dan juga konsensus 2 periode yang sudah ada di UUD 45.

        Ia juga menilai, ciri tersebut, ada yang bisa ditafsirkan keliru oleh masyarakat yaitu soal ideologi Khilafah. Chaidar menjelaskan, khilafah bukanlah ideologi namun citra sejarah.

        "Citra sejarah ini diyakini oleh berbagai macam organisasi dan gerakan keagamaan Islam di masa lalu dan masa sekarang. Bahkan NU dulu memiliki bahasan yang mendalam tentang Khilafah," terangnya.

        "Hanya saja sekarang banyak ormas yang salah dalam memahami makna khilafah seperti HTI, khilafatul muslimin, dan JAD," pungkasnya.

        Lebih lanjut Al Chaidar mengatakan para penceramah yang masuk kategori ustadz radikal itu adalah pemuka agama yang selama ini dikenal kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah.

        Mereka adalah pemuka agama yang kritis. Al Chaidar menolak mereka disebut radikal, sebab mengkritik pemerintah bukan berarti benci negara.

        "Itu banyak nama-nama yang merupakan penceramah yang kritis kepada pemerintah, bukan benci kepada negara. Bukan radikal. Jadi yang kritis jangan dianggap radikal karena itu tidak tepat," tuntasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: