Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tren E-Commerce Bermunculan di Indonesia, Berikut Penjelasan Open Labs

        Tren E-Commerce Bermunculan di Indonesia, Berikut Penjelasan Open Labs Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Brand aggregator nasional, Open Labs, mengatakan bahwa 2021 merupakan tahun yang luar biasa untuk dunia bisnis terlepas dari tantangan-tantangan yang ada. Pandemi COVID-19 yang terjadi jelas merupakan faktor yang memberikan dampak besar pada sektor e-commerce di Indonesia.

        Melansir dari siaran resminya, Rabu (09/03) mengacu pada pengalaman dan kondisi-kondisi dua tahun terakhir dan mengasumsikan perkembangan-perkembangan di 2022, Open Labs memproyeksikan tren-tren e-commerce yang muncul di Indonesia tahun ini.

        Baca Juga: Pembayaran Digital Kian Digemari, OVO Hadir di Semua E-Commerce Unicorn Indonesia!

        CEO Open Labs Jeffrey Yuwono mengatakan, “Open Labs cukup optimis dengan lanskap pertumbuhan e-commerce Indonesia di 2022. Hal ini ditunjukan oleh pertumbuhan e-commerce Indonesia yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan terakhir dari - Technology Empowered Digital Trade in Asia Pacific – total ukuran pasar e-commerce Indonesia mencapai 43.351 miliar dolar (Rp628.6 triliun) di 2021. Ukuran pasar tersebut menujukkan potensi e-commerce Indonesia mendekati potensi Korea Selatan dan Tiongkok.”

        Beberapa trend industri e-commerce Indonesia yang perlu diperhatikan di 2022, menurut Open Labs, adalah:

        Tren 1: Pertumbuhan moderat e-commerce Indonesia

        Terlepas dari optimisme beberapa pihak seperti Deloitte, Open Labs percaya bahwa tingkat pertumbuhan sektor e-commerce Indonesia akan berada pada level moderat. Organisasi- organisasi seperti Asian Development Bank (ADB), contohnya, tidak meramalkan pertumbuhan yang pesat di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

        Dalam suplemen rutinnya yang belum lama ini diterbitkan yaitu the Asian Development Outlook (ADO) 2021, ADB menyampaikan bahwa dengan kemunculan Omicron belum lama ini, PDB Indonesia diproyeksikan tumbuh hanya sekitar 5% dan pertumbuhan PDB yang tidak besar ini berarti daya beli konsumen-konsumen Indonesia tidak akan secara drastis meningkat di 2022. Dengan mempertimbangkan hal-hal tesebut, Open Labs percaya pertumbuhan sektor e-commerce Indonesia akan berada pada level moderat.

        Tren 2: Tulang punggung baru ekonomi nasional

        Meskipun pertumbuhannya akan moderat, e-commerce tetap akan menjadi tulang punggung baru bagi ekonomi nasional pada 2022 dan setelahnya. Pada 2021, GMV (gross merchandise value) Indonesia mencapai nilai total $70 miliar yang berarti peningkatan pertumbuhan tahun ke tahun mencapai sebesar 49%.

        Peningkatan pesat tersebut disokong oleh pertumbuhan 52% di sector e-commerce (e-Conomy SEA 2021). Diproyeksikan pada 2025, ekonomi berbasis internet secara keseluruhan diprediksi mencapai $146 miliar, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) mencapai 20%. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pada 2030, ekonomi digital Indonesia akan diharapkan tumbuh 5 kali lipat hingga mencapai $330 miliar (Rp4,702 triliun).

        Tren 3: Fashion + makanan akan terus mendominasi

        Open Labs meramalkan bahwa fesyen/kecantikan dan makanan akan tetap menjadi kategori nomor 1 di bidang e-commerce dalam hal jumlah pelaku usaha dan nilai total penjualan. Selanjutnya diikuti oleh barang konsumsi elektronik dan home and living.

        “Data perbandingan e-commerce dari Hootsuite telah menunjukkan bahwa kategori makanan perawatan pribadi di Indonesia telah tumbuh lebih dari 61% dan kategori fesyen-kecantikan telah tumbuh lebih dari 50 % antara tahun 2019 dan 2020. Berdasarkan interaksi sehari-hari kami dengan merk-merk e-commerce, kami percaya tren ini akan terus bertahan di 2022,” lanjut Jeffrey.

        Tren 4: Livestream Shopping

        Ini merupakan tren global yang baru dimulai dalam beberapa tahun terakhir, dipelopori oleh Taobao Live Alibaba di 2016. Tren ini telah menjadi sangat popular di 2020 selama pandemi, dan sekarang, bahkan merk-merk global seperti Wallmart juga mengadopsi platform-platform semacam TikTok untuk livestream shopping. Hingga pertengahan 2021, pasar livestream global telah mencapai lebih dari USD 60 miliar.

        “Hanya masalah waktu saja tren ini akan menguasai Indonesia. Karena kita masih berada di tengah-tengah pandemi di tahun ini, tim riset kami telah menyimpulkan bahwa tren ini akan menjadi tren besar bagi e-commerce Indonesia di 2022,” ujar Jeffrey.

        Tren 5: Masalah keamanan dan tren-tren lainnya

        Sektor digital Indonesia masih merupakan sektor yang menjanjikan. Karenanya kesadaran dan kepedulian pelaku bisnis Indonesia dan masyarakat umum terhadap digitalisasi akan meningkat. Ini juga termasuk di dalamnya meningkatkan kepedulian akan pentingnya perlindungan identitas dalam transaksi-transaksi online. Sejalan dengan ini, operator-operator bisnis digital akan menerapkan sistem-sistem keamanan verifikasi identitas yang lebih aman dibandingkan sistem dasar validasi kode via SMS yang masih banyak digunakan sekarang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: