Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Aryo Ariotedjo Beberkan Caranya Biar Bisa Jadi Seorang Angel Investor, Simak!

        Aryo Ariotedjo Beberkan Caranya Biar Bisa Jadi Seorang Angel Investor, Simak! Kredit Foto: Unsplash
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bagi sebagian orang, menjadi seorang investor dalam sebuah model bisnis adalah sebuah mimpi. Namun, bayangan menjadi seorang investor cenderung digambarkan sebagai sosok tajir yang memiliki kekayaan berlimpah.

        Namun, asumsi tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Padahal, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemodal, atau lebih tepatnya menjadi seorang angel investor.

        Baca Juga: Investasi Baterai Listrik Kian Diminati, Grup Bakrie Gandeng British Volt

        Dalam bahasa sederhana, angel investor adalah individu (perorangan) yang memiliki kekayaan yang cukup hingga bersedia untuk menyediakan dana untuk suatu startup. Sebagai imbalannya, startup akan memberikan saham untuk angel investor tersebut.

        Besaran dana yang disuntikkan oleh angel investor bervariatif, tetapi umumnya berkisar antara 25.000-500.000 dollar AS. Dana yang disediakan ini dapat berupa suntikan dana investasi satu kali untuk membantu startup memulai dan melanjutkan bisnisnya.

        Bicara tentang angel investor, Co-Managing Partner Absolute Confidence Aryo Ariotedjo yang telah malang melintang dalam dunia perinvestasian pun tidak sungkan untuk memberikan sejumlah tipsnya yang akan memandu kamu untuk menjadi seorang angel investor.

        Nilai Investasi

        Karena berbasis individu, investasi yang dipakai untuk 'menyuntik' startup tentu berasal dari kocek pribadi. Entah itu dalam bentuk tunai, atau aset-aset yang bisa diuangkan. Itu berarti, kamu terlebih dahulu wajib memikirkan kelangsungan hidup kamu terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

        Berdasarkan pengalaman Aryo, ia hanya mengalokasikan dana sekitar 10 - 20 persen dari total kekayaannya untuk diinvestasikan kepada startup.

        Baca Juga: Investasi Bodong Marak, Moduit Berikan Pengetahuan Tentang Produk Investasi

        "Investasi nggak boleh di atas 20 persen dari total kekayaan kita. Kenapa? Karena angel investor itu masuk dalam kategori high risk, tapi high profit juga. Tapi kalau salah skenario, kita bakal kehilangan segalanya (kekayaan)," tutur Aryo saat dikutip dari kelas yang digagas oleh platform di bidang edukasi keuangan dan investasi, Ternak Uang.

        Portfolio Investasi

        Karena bersumber dari modal pribadi, lanjut Aryo, seorang angel investor wajib memiliki lebih dari satu portfolio startup yang dijadikan sasaran investasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kerugian dari startup yang mendapatkan pendanaan.

        Baca Juga: Nah Kan! Ratusan Rekening Bernilai Setengah Triliun Terkait Hasil Investasi Ilegal Diblokir

        "Kalau ada dana, coba investasi di beberapa startup atau UMKM. Jadi misalnya, 20 persen kekayaan kita tadi diinvestasikan ke 5-10 perusahaan. Kenapa jangan 1-2 perusahaan? Seandainya 1 perusahaan mati (tutup/bangkrut), rasio untungnya masih ada 50 persen. Tapi gimana kalau keduanya mati? Hilang semuanya. Tapi kalau dari 10, masa iya sih enggak ada yang jadi (sukses)," papar Aryo.

        Karakteristik Startup Potensial

        Aryo menggarisbawahi, angel investor itu kompetitif sehingga perlu jeli dalam memilih startup untuk didanai.

        "Cari startup yang tidak hanya memposisikan kita sebagai sumber pendanaan, tapi cari 'hidden gems' yang punya dampak besar bagi masyarakat. Lihat kelebihan yang dibawa startup tersebut. Mereka yang seperti ini biasanya akan melibatkan kita sebagai investor dalam setiap usaha yang mereka jalankan. Tidak hanya berorientasi pada hasil," papar Aryo.

        Get Great Deals!

        Menurut Aryo, harus ada keselarasan antara visi dan misi startup dengan proyeksi hasil yang akan didapat. Bukan sekadar kesepakatan bisnis yang bagus saja, namun bisa memberi gambaran tentang kontinuitas bisnis yang dijalankan dalam jangka waktu tertentu.

        "Jangan buat deal yang bagus, tapi luar biasa bagus. Jangan (mencari startup) yang setengah-setengah!", Aryo mengingatkan.

        Jangan Fokus Pada Kepemilikan

        Jika ingin berinvestasi pada startup, kata Aryo, jangan berfokus pada persentase kepemilikan startup itu sendiri. Fokuslah pada nilai atau valuasi perusahaan itu sendiri. Semakin besar valuasi sebuah startup, semakin besar pula keuntungan yang akan didapat.

        Baca Juga: Tesla Mau Investasi di Indonesia, Luhut Ajukan Syarat Ini...

        "Apalagi kalau berinvestasi pada multi perusahaan. Untungnya akan berlipat ganda," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: