Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Komoditas Kompak Menguat, Masih Seksi Kah Sahamnya Buat Dikoleksi?

        Harga Komoditas Kompak Menguat, Masih Seksi Kah Sahamnya Buat Dikoleksi? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saham-saham berbasis komoditas dinilai masih seksi untuk dikoleksi oleh para pelaku pasar meskipun sempat terkena koreksi wajar. 

        "Komoditas masih seksi. Walau sempat turun itu koreksi wajar. Karena adanya take profit massive," kata Yohan Hapdijaya Dokter yang juga investor ini, Senin (27/3/2022).

        Seperti diketahui minyak dunia yang merupakan mother of all commodities kembali naik, menjadi di atas US$ 110. 

        Baca Juga: Warren Buffett Borong Saham Minyak, Legenda Wall Street Ini Justru 'Buang' Semuanya! Katanya...

        Pekan kemarin komoditas tambang, energi dan perkebunan kompak menguat. Para investor, lanjutnya, bisa menikmati momentum kenaikan harga-harga saham komoditas. 

        Namun juga tidak boleh terlena, karena tujuan utama investasi adalah melindungi nilai. "Jangan sampai beli sudah di atas tidak bisa dijual di atas," kata dia. 

        Baca Juga: IKAPPI Waspadai Harga Beberapa Komoditas Melonjak seperti Tahun Lalu

        Yohan mengatakan sebagai investor harus jeli dalam melihat keadaan. Tidak melawan arus, contohnya membeli saham berbasis consumer good bukanlah saat yang tepat untuk saat ini. Karena ketika komoditas mengalami kenaikan, biaya produksi akan meningkat. 

        Kenaikan komoditas, lanjutnya, dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina, dan banyak faktor lainnya. Di sisi lain ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih karena pandemi. Akibatnya terjadi stagflasi atau nama lain dari resesi inflasi. 

        "Harga komoditas merupakan leading indikator dari inflasi. Naiknya komoditas akan mendorong inflasi," ungkapnya.

        Inflasi akan diikuti dengan kenaikan suku bunga. Seperti diketahui, baru-baru ini bank sentral AS telah resmi menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) 

        Suku bunga yang naik akan diikuti oleh naiknya yield dari obligasi. Artinya akan menurunkan harga dari obligasi tersebut.

        "Trend dari komoditas akan sama dengan bond yield," jelasnya 

        Baca Juga: Saham di Moskow Mulai Naik, Kekayaan Oligarki Rusia Perlahan Ikut Terkerek

        Bond price berefek langsung pada pasar saham. Bond market adalah leading indikator dari stock market. 

        Menurutnya dalam kondisi saat ini pilihan investasi di obligasi juga menarik. 

        "Kalau tidak mengerti cara investasi awal-awal ya ke bond, kalau deposito kan kecil. Harus belajar tapi kan tidak jadi minus," kata pemilik akun Instagram @yohapdijaya

        Dia mengatakan masyarakat harus melek investasi. "Kita itu selalu diajarin menabung itu kurang tepat harusnya dari kecil diajarin investasi," ungkapnya. Proses belajar memang membutuhkan waktu, karena sejatinya tidak ada untung yang enteng.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: