Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Putin Umbar Janji, Militer Rusia bakal Setop Bombardir Mariupol Asalkan...

        Putin Umbar Janji, Militer Rusia bakal Setop Bombardir Mariupol Asalkan... Kredit Foto: AFP
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pengeboman di kota Mariupol yang terkepung hanya akan berakhir ketika pasukan Ukraina menyerah.

        Putin membuat komentar itu pada Selasa (29/3/2022) malam, di tengah satu jam panggilan teleponnya dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, kata Kremlin.

        Baca Juga: Pentagon Lihat Rusia Rekrut Banyak Pejuang Libya, Tanda Putin Kewalahan?

        Para pejabat Prancis di sisi lain, mengatakan bahwa Putin telah setuju mempertimbangkan rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol.

        Rusia sejak itu mengusulkan gencatan senjata satu hari untuk hari Kamis (31/3/2022).

        Kementerian pertahanan mengatakan gencatan senjata akan dimulai pada pukul 10.00 waktu setempat, dan memungkinkan warga untuk melakukan perjalanan ke barat ke Zaporizhzhia melalui pelabuhan Berdyansk yang dikuasai Rusia.

        Kementerian juga mengatakan keinginannya agar Palang Merah dan badan pengungsi PBB bisa mengambil bagian dalam evakuasi, dan mengatakan sedang menunggu tanggapan atas proposal dari Ukraina.

        Upaya sebelumnya untuk menetapkan gencatan senjata di Mariupol telah gagal di tengah tudingan itikad buruk dari kedua belah pihak. Itu termasuk tuduhan yang menyebut bahwa Moscow telah memindahkan secara paksa ribuan warga sipil ke Rusia atau daerah-daerah yang dikuasai Rusia.

        Pengumuman Putin pada Selasa muncul bersamaan saat citra baru satelit menunjukkan skala kehancuran kota yang disebabkan oleh pengeboman.

        Gambar-gambar itu, yang dirilis oleh perusahaan Maxar, menunjukkan daerah-daerah pemukiman hancur menjadi puing-puing. Foto-foto ini telah menyoroti aksi peluncuran meriam artileri Rusia dalam posisi menembak di pinggiran kota.

        Para pejabat dari istana Elysee Prancis menyebut situasi di Mariupol sebagai 'bencana'. Ia pun menyerukan diatasinya krisis kemanusiaan di kota itu, dan bahwa penduduk sipil harus dilindungi atau dibiarkan meninggalkan kota jika mereka mau. 

        "Mereka harus memiliki akses ke bantuan makanan, air, dan obat-obatan yang mereka butuhkan".

        "Situasi kemanusiaan yang sangat menurun ini terkait dengan pengepungan kota oleh angkatan bersenjata Rusia," kata pernyataan pejabat Prancis.

        Prancis, bersama dengan Turki, Yunani, dan beberapa kelompok kemanusiaan, telah mengajukan rencana kepada Putin untuk mengevakuasi kota tersebut.

        Tak lama setelah itu, para pejabat mengatakan bahwa Putin telah mengatakan kepada Macron jika dia akan 'memikirkan' proposal tersebut.

        Namun, menurut BBC, dalam pembacaan telepon pada Selasa, Kremlin tampaknya menyarankan bahwa Putin tidak memberikan jaminan seperti itu.

        Sebaliknya, Putin telah menegaskan kepada Macron bahwa pasukan Ukraina harus menyerah agar situasi kemanusiaan Mariupol bisa diatasi.

        "Untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan yang sulit di kota Mariupol, militan nasionalis Ukraina harus berhenti melawan dan meletakkan senjata mereka," kata para pejabat Kremlin mengutip percakapan pemimpinnya.

        Pernyataan itu menambahkan bahwa Putin telah memberi Macron informasi terperinci tentang langkah-langkah militer Rusia untuk memberikan bantuan kemanusiaan darurat dan memastikan evakuasi yang aman bagi warga sipil Mariupol.

        Ukraina sebelumnya mengatakan bahwa Rusia memindahkan paksa ribuan orang dari Mariupol ke wilayah yang dikuasai Rusia.

        Panggilan pada Selasa juga datang menyusul klaim wali kota Mariupol bahwa ribuan orang telah tewas selama pemboman Rusia di kota pelabuhan itu.

        Wali Kota Vadym Boychenko, yang telah dievakuasi dari Mariupol, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa hampir 5 ribu orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas sejak invansi Rusia dimulai pada 24 Februari.

        Matilda Bogner, kepala misi hak asasi manusia PBB di Ukraina, juga mengatakan kepada Reuters bahwa dia yakin 'mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol'.

        Organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional, sementara itu, telah mengonfirmasi laporan bahwa salah satu gudangnya yang  berada di Mariupol terkena roket Rusia. Kepada BBC, organisasi itu mengatakan bahwa semua persediaan di depot telah didistribusikan.

        Lembaga itu juga menambahkan bahwa pihaknya tidak lagi memiliki 'tim di lapangan' dan oleh karenanya tidak bisa mengomentari tingkat potensi korban atau kerusakan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: