Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CTI Group Gaungkan Konsep Connected Enterprise, Jadi Solusi Tren Adopsi Bisnis Digital Baru

        CTI Group Gaungkan Konsep Connected Enterprise, Jadi Solusi Tren Adopsi Bisnis Digital Baru Kredit Foto: CTI Group
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 tak dimungkiri berdampak pada perubahan banyak hal, termasuk dalam ekosistem bisnis. Kebijakan pembatasan sosial yang ditimbulkan dari kehadiran virus ini akhirnya menggeser perilaku konsumen yang kini cenderung lebih mengedepankan transaksi digital. Dengan adanya perubahan perilaku konsumen ini, para pelaku bisnis perlu menyesuaikan operasional bisnisnya agar perusahaan tetap dapat terus berlangsung secara berkelanjutan.

        Menanggapi kondisi ini, PT Computrade Technology International (CTI Group) menggagaskan konsep connected enterprise sebagai solusi bagi ekosistem bisnis guna merespons pergeseran perilaku konsumen.

        “Pada idenya, kami sedang menuju ekonomi digital, dan dalam perjalanan menuju ke sana, perusahaan-perusahaan sekarang membentuk jaringan dan saling terhubung sehingga bisa memberikan pengalaman terbaik untuk customer-nya,” kata Rachmat Gunawan, CEO CTI Group, saat berbincang secara eksklusif bersama Warta Ekonomi, Senin (28/3) lalu.

        Baca Juga: CTI Group Gelar IT Infrastructure Summit 2022 secara Virtual untuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina

        Ide ini kemudian diwujudkan dengan penyelenggaraan CTI IT Infrastructure Summit 2022 yang mengusung tema Making the Connected Enterprise a Reality: Thriving in the Post-COVID-19 World.

        Pada agenda yang digelar 10 Maret lalu, CTI Group menghadirkan sejumlah praktisi berpengalaman dan ahli di bidangnya untuk menjembatani para pelaku bisnis dengan informasi mengenai perkembangan digitalisasi serta solusi dalam menghadapinya.

        Warta Ekonomi menggali lebih jauh pandangan CTI Group tentang konsep ini pada perbincangan bersama Rachmat Gunawan beberapa waktu lalu. Berikut kutipan wawancara Warta Ekonomi dengan CEO CTI Group.

        CTI IT Infrastructure Summit 2022 mengangkat tema Making the Connected Enterprise a Reality: Thriving in the Post-COVID-19 World. Boleh diceritakan latar belakang yang membuat CTI mengambil tema ini?

        Kami menyelenggarakan [summit] ini untuk berbagi kepada pelaku teknologi bisnis dan masyarakat tentang tren teknologi, bagaimana adopsinya, dan tantangannya apa, termasuk kegunaannya. Untuk itu, kami menghadirkan praktisi setiap tahunnya dengan topik yang berbeda, agar mereka bisa berbagi tentang tantangan mengadopsi, sehingga teman-teman dapat mempersiapkan langkah antisipasi.

        Selain itu, CTI ingin menjadi leader di teknologi untuk membahas teknologi yang ada. Tahun ini kami mengangkat tema connected enterprise reality. Seperti topik-topik sebelumnya, kami ingin memberikan ide. Kami pernah membahas soal blockchain hingga artificial intelligence (AI), dan tahun ini connecting enterprise.

        Pada idenya, kami sedang menuju ekonomi digital, dan dalam perjalanan menuju ke sana, perusahaan-perusahaan sekarang membentuk jaringan dan saling terhubung sehingga bisa memberikan pengalaman terbaik untuk customer-nya. 

        Karena customer sekarang ini kan makin demanding, makin punya keleluasaan sendiri untuk mencari, membandingkan, dan apabila tidak dilayani dengan baik, maka dengan mudah akan berganti ke kompetitor. Jadi, itu challenge utama dari perusahaan digital saat ini, di mana [perusahaan] harus menghadirkan experience yang baik. Nah masalahnya, untuk dapat menghasilkan experience yang baik ini, mereka tidak bisa sendirian. Kompleksitas dari layanan digital itu sendiri harus berkolaborasi dengan perusahaan lain yang memiliki services berbeda. Oleh karena itu, connected enterprise ini dimulai.

        Apa yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan untuk menghadapi pergeseran ekspektasi konsumen?

        Terkait perubahan customer behavior, mereka memiliki ekspektasi yang berbeda. Mereka lebih demanding dan memiliki power untuk melakukan apa yang mereka mau. Nah, tentu saja yang pertama adalah kami harus memahami pelanggan itu sendiri, apa mau mereka dan bagaimana kami bisa merespons keinginan mereka, untuk bisa memberikan respons yang baik dan menghadirkan pengalaman engagement yang baik sejak awal sampai akhir.

        Dari mereka browsing, order, delivery, sampai barang itu terkirim di depan customer dan mereka pakai, pengalaman end-to-end customer di tiap titik kontak itu menjadi penting. [Perusahaan harus] bisa memberikan experience yang luar biasa sehingga customer bisa repeat order. Di samping itu, perlu mempersiapkan resources, baik teknologinya sendiri maupun human resources. Bagaimana kami bisa menyediakan sumber infrastruktur yang mumpuni, jangan sampai ada yang down. Kemudian, kalau ada yang komplain, bagaimana kami bisa merespons dengan cepat dan baik.

        Target CTI Summit kali ini adalah untuk membantu pemimpin perusahaan menghadirkan best practice untuk connected enterprise, boleh dielaborasikan terkait hal ini?

        Di summit yang kami selenggarakan, kami selalu menghadirkan praktisi-praktisi berpengalaman sesuai dengan topik yang kami angkat. Kemarin ada dari KPMG, Grab for Business, Tokopedia, dan lainnya. Memang kami berharap mereka bisa memberikan insight bagaimana perusahaan ini bisa terhubung satu dengan lainnya. Kemudian, apa yang harus diperhatikan, misal dari alur atau security. Kemudian, bagaimana dengan connected enterprise ini [pelaku bisnis] bisa memahami pelanggan, bagaimana menggunakan data dari pelanggan-pelanggan yang sudah bertransaksi itu untuk improve bisnis mereka, baik dari sisi inovasi atau best practice yang sudah mereka terapkan.

        Terkait dengan data, hal ini menjadi salah satu tantangan bagi perusahaan di era digitalisasi ini. Apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam memelihara dan melindungi data?

        Interaksi digital ini akan create data yang besar sekali. Ini yang akan menjadi challenge terbesar bagi bisnis digital saat ini. Kalau kita tidak tahu what to do-nya, itu akan jadi data sampah. Tapi, apabila bisa dimanfaatkan, itu bisa menjadi suatu keunggulan dalam berkompetisi. Karena dengan menganalisis data yang ada, kita bisa mengetahui behavior dari customer untuk memprediksi kebutuhan market ke depannya. Itu yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing atau meng-improve pelayanan.

        Terkait proteksi, ini menjadi penting karena data bisa mengandung informasi-informasi personal. Itu bisa jadi masalah juga apabila terjadi kebocoran data, sehingga ini menjadi permasalahan tersendiri terkait data security.

        Apa yang menjadi urgensi sektor teknologi saat ini dan perlu menjadi perhatian para pemimpin di bidang IT?

        Urgensinya, dengan adanya pandemi kemarin ternyata memicu akselerasi dari digitalisasi itu sendiri. Karena dengan adanya pandemi di mana kita tidak bisa saling bertemu selama dua tahun, sehingga bisnis ini bertransformasi menjadi digital untuk tetap bisa menjalankan bisnisnya. Customer juga lebih senang belanja online setelah pandemi, bahkan belanja sayuran juga jadi online. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam bisnis digital inilah yang memicu pelaku usaha di tahun-tahun kemarin untuk mengakselerasi dan bertransformasi menjadi digital business.

        Krisis Covid-19 kemarin memicu gelombang inovasi dan meng-create wirausahawan digital. Yang tadinya bisnis offline, sekarang jadi online. Saya menyebutnya sebagai mikro dan menengah digital. Yang turut menjadi bagian dari ekosistem perusahaan yang terhubung semuanya tadi, ini jadi konsep connected enterprise menjadi sebuah kenyataan, di mana tadinya masih membutuhkan waktu untuk bertransformasi, ternyata malah diakselerasi di masa pandemi kemarin.

        Jadi, ini membuka peluang bagi para entrepreneur muda dan UKM untuk membangun ekosistem digital di indonesia, bertransformasi menjadi digital player. Inilah kenapa jadi urgen karena ternyata market digital ini terbentuk dengan cepat. Jadi, mau tidak mau kita harus berubah dan ikut berpartisipasi di dalamnya. Otherwise, kita akan ketinggalan, terlebih di saat yang lain sudah bisa memasarkan produknya lebih luas. At the end of the day, dengan membuka peluang bisnis digital ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat semua.

        Terkait acara CTI Summit itu sendiri, bagaimana capaiannya dan apa harapan untuk ke depannya?

        Acara yang kemarin bagus ya, saya rasa lebih dari 500-600 peserta yang join, baik dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Karena ini kan kebetulan online, jadi kami juga open di Malaysia dan Filipina karena di negara-negara ini ada cabang CTI. Dari sisi industri, banyak dari manufacturing, banking, dan lain-lain. Maka sebenarnya, connected enterprise ini bisa diaplikasikan di semua industri, walaupun pada awalnya connected enterprise ini dielementasikan paling banyak di manufacturing, tapi lama-lama bisa di semua industri.

        Harapannya ke depan kami bisa continuously menyelenggarakan CTI IT Summit secara berkelanjutan dan memberikan informasi yang relevan kepada market, pelaku pasar, hingga pelaku teknologi seperti tren ke depan dan adopsinya. Juga memberikan opportunity untuk CTI Partner Group dan insight atau ide atau tren ke depan untuk teknologi bagi para pelaku UMKM atau enterprise itu sendiri sehingga mereka bisa mengimplementasikan teknologi dengan baik dan mengembangkan bisnis mereka yang by the end of the day akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dan juga meningkatkan perekonomian di Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: