Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengomentari soal pengeroyokan pegiat media sosial Ade Armando saat demo 11 April 2022.
Menurut dia, tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum dewasa dalam menanggapi perbedaan pendapat. Ia menduga pengeroyokan tersebut dilakukan karena ade Armando dicap sebagai buzzer dan penista agama.
Baca Juga: Benarkah Dhia UI Haq Pengeroyok Ade Armando Berprofesi Guru Ngaji? Ponpes Ungkap Hal Ini
"Padahal, Ade Armando juga menolak 3 periode Jokowi. Menurut saya, salah satu alasan mengapa dia dianiaya ialah cap buzzer dan penista agama," ujar Adib kepada GenPI.co, Rabu (13/4).
Meski demikian, menurut Adib, pengeroyokan tersebut tetap tidak dibenarkan. Pasalnya, kejadian tersebut menunjukkan rendahnya moral bangsa Indonesia.
"Kita tidak bermoral, kalau melakukan hal seperti itu. Kita tidak siap berbeda pendapat," tuturnya.
Adib juga mengaku sering kali berbeda pendapat dengan Ade Armando. Namun, dirinya tetap menghargai adanya perbedaan tersebut. "Saya juga beberapa kali berbeda pendapat, tapi kita bangsa yang terdidik. Itu menjadi bagian penting menurut saya," kata dia.
Oleh sebab itu, Adib meminta aparat kepolisian menindak tegas para pelaku yang melakukan penganiayaan terhadap Ade Armando di depan gedung DPR.
"Aparat harus bertindak tegas. Jangan sampai penganiayaan ini disebut-sebut ada yang menunggangi saja. Di sini kepolisian harus cepat dan terukur," tegasnya.
Agar hal seperti ini tidak ada lagi, menurut Adib, masyarakat Indonesia harus mengerti bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang biasa di negara demokrasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: