Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Respons Viralnya Prof Budi Santosa, Fadli Zon: Yang Terpapar Islamofobia Segera Hentikan!

        Respons Viralnya Prof Budi Santosa, Fadli Zon: Yang Terpapar Islamofobia Segera Hentikan! Kredit Foto: Twitter/Fadli Zon
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, soroti sikap Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang akan evaluasi viralnya Rektor Institut Teknolgi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko.

        Prof Budi Santosa menjadi kontroversial di sosial media usai tulisanya mengandung diskriminasi suku, ras, agama, antargolongan (SARA). Ia menyindir bahwa yang memakai hijab merupakan "manusia gurun". Tulisan Prof Budi Santoso yang dianggap rasis, LPDP akan mengevaluasi pewawancara beasiswa untuk tidak ada terjadinya lagi rasis.

        Baca Juga: Respons Tulisan Prof Budi Santosa, LPDP Tegaskan Tolak Ujaran Kebencian SARA

        Melalui akun Twitter pribadinya, Fadli Zon mengukapkan bahwa ideologi islamofobia harus dihentikan. "Sebaiknya mereka yang terpapar Islamofobia ini segera dihentikan," ucap Fadli Zon sebagaimana dikutip FIN dari @fadlizon pada Senin, 2 Mei 2022.

        Fadli Zon menceritakan pengalamannya yang pernah mendapatkan beasiswa dari beberapa negara yang tidak ada kaitannya dengan keyakinan agama. "Hasil seleksi dievaluasi. Saya pernah mendapat beasiswa dari negara Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura, tak ada dikaitkan dengan keyakikan agama. Kok LPDP yang merupakan beasiswa dari uang rakyat Indonesia bisa 'Islamofobia'?" ungkap Fadli Zon.

        Sebagaimana diketahui, Rektor Institut Teknologi Kalimantan, Budi Santosa Purwokartiko viral di media sosial. Pasalnya, lewat sebuah artikelnya di akun Facebook, Budi Santosa dinilai menyindir wanita jilbab sebagai manusia gurun.

        Artikel yang dia tulis pada 27 April itu, Budi Santosa mulanya akui mewawancarai beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Kata dia, mereka adalah mahasiswa dari program Dikti yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

        Dia mengatakan bahwa para mahasiswa ini tidak hobi demo. "Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9," katanya.

        Dia mengatakan, para mahasiswa ini tidak pernah berbicara soal agama seperti kehidupan setelah mati. "Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa Cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung Cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb." tulis rektor.

        "Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, gadarullah, dsb.," sindir Rektor.

        Kemudian, pada paragraf berikutnya, dia menyebut para mahasiswa ini tidak mengenakan kerudung atau jilbab. Dia menyindir kerudung dan jilbab sebagai pakaian manusia gurun. "Mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind," katanya.

        "Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat, dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi," tuturnya lagi.

        Artikel itu mendapat kecaman luas di media sosial. Sang rektor disebut rasis dan tidak pancasilais.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: