Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Latar Belakang Pendiri HAUS! Gufron Syarif, Pernah Kerja di Bank hingga Jadi Dosen di Kampus Negeri

        Latar Belakang Pendiri HAUS! Gufron Syarif, Pernah Kerja di Bank hingga Jadi Dosen di Kampus Negeri Kredit Foto: Instagram/Gufron Syarif
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendiri HAUS! Gufron Syarif telah lama ingin menjadi seorang pengusaha. Meski sempat ditentang oleh kedua orang tuanya karena ia lulusan Melbourne, namun kini ia menunjukkan bahwa bisnisnya sukses besar.

        Dalam empat tahun berdiri, kini perusahaannya sudah tersebar di seluruh Indonesia. Ghufron mengatakan bahwa ia hanya ingin membuka lapangan pekerjaan untuk 'kampung'-nya sendiri. Ia melihat fenomena bagaimana perusahaan luar negeri datang ke Indonesia untuk berdagang, dan kemudian mempekerjakan 'penduduk kampung' itu. Gufron mengaku tak ingin menjadi penonton, hatinya pun tergerak untuk menjadi pengusaha.

        Baca Juga: Lulus dari Melbourne Jadi Pedagang, Begini Kisah Gufron Syarif Dirikan HAUS! yang Terkenal dan Viral

        Dalam video YouTube bertajuk "CARA JITU MULAI USAHA F&B, YANG BERUJUNG OMSET MELEDAK MESKIPUN PEMULA - CEO Haus - [PART 1]", Gufron bercerita bahwa ia pernah bekerja di salah satu bank nasional selam 3 tahun. Namun, keinginannya untuk menjadi pengusaha tak pernah hilang.

        Orang tuanya pun merestui dirinya untuk merintis usaha, tapi dengan syarat agar Gufron menjadi dosen.

        Akhirnya, ia pun menjadi dosen di Universitas Padjajaran, kampusnya dahulu. Gufron mengajar Akuntansi, sama seperti jurusan yang pernah ia pelajari.

        Di sela-sela mengajar, ia mencoba usaha pertamanya, yaitu bisnis recycle plastic. Setelah 6 bulan, usahanya gagal karena bukan passion-nya. Ia kembali membuka bisnis menjadi pedagang makanan di food court dekat kampus tempat ia mengajar. Dari situ bisnisnya terbilang laris. Namun, ia justru diusir dari pemilik food court itu karena terlalu laris, namun pegagang lain di foodcourt itu sepi pembeli.

        Kemudian Gufron pun mengumpulkan modal bersama teman-temannya untuk menyewa bangunan dan didirikan menjadi food court yang ia sewa selama dua tahun. Dalam setahun, usahanya berhasil dengan keuntungan yang lumayan.

        Namun, belum ada dua tahun, tiba-tiba pihak bank menyita tempat yang ia sewa. Di saat yang bersamaan, ia ingin menikah. Modal pernikahannya ini akhirnya digunakan untuk kebutuhan yang lain dan ia menikah dengan modal pas-pasan. 

        Bahkan, Gufron mengaku harus ngekos bersama sang istri setelah menikah karena penghasilan menjadi dosen tidaklah seberapa. Kemudian, sang istri yang berasal dari Padang, Sumatera Barat pun memberinya ide berbisnis yaitu rendang dengan tingkat level kepedasan level 1-3.

        Bisnis rendang kemasan itu pun laku keras berkat reseller. Namun, Gufron tidak ingin bergantung pada reseller hingga ia memutuskan untuk konsinyasi di retail besar.

        Sayangnya, pembayaran di retail besar harus menunggu tempo hingga tiga bulan. Karena lelah dan tidak ingin memiliki utang, Gufron pun memutuskan untuk membuat bisnis baru dengan pendapatan cash.

        Hingga suatu hari Gufron bertemu dengan pendiri Warunk Upnormal, Rex Marindo dan belajar banyak darinya. Salah satunya yakni membangun organisasi yang kuat dengan mencari founder yang piawai di bidangnya masing-masing.

        Setelah itu, Ghufron kembali lagi berinovasi dan membuka usaha donat dengan brand Dino Donuts berbentuk dinosaurus dengan target market anak kecil serta donat bentuk huruf untuk remaja. Hasilnya juga laku keras dengan omzet hingga Rp900 juta per bulan.

        Suatu hari, Gufron pun bertemu dengan temannya yang memiliki penghasilan fantastis di bisnis makanan dengan target pasar kelas mid-low di Indonesia. Ia pun tergiur hingga mendapatkan ide untuk menjual minuman dengan harga murah sesuai dengan target pasarnya yakni range harga Rp5.000 hingga Rp15.000.

        Dengan mengumpulkan teman-temannya yang memiliki skill berbeda-beda, HAUS! pun terbentuk. Terlebih dengan adanya ojek online bisa membuat penjualan HAUS! semakin melonjak. Dalam satu hari, HAUS! bisa menjual hingga 1.000 cup. Ini berkat penelitian yang dilakukan oleh Gufron. Ia melihat apa yang terjadi di China dan India, akan segera terjadi di Indonesia.

        Di China, bisnis minuman kekinian sudah menjamur. Kini, Indonesia pun menyusul. Oleh karena itu HAUS! semakin sukses hingga tersebar di seluruh Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: