Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pengamat Cermati Momen Kedekatan Jokowi dan Moeldoko

        Pengamat Cermati Momen Kedekatan Jokowi dan Moeldoko Kredit Foto: Kantor Staf Presiden
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bila kebanyakan pihak, baik pengamat politik maupun publik awam melihat Ganjar Pranowo-lah yang dimaksud Presiden Jokowi dalam pernyataan beliau di Rakernas Relawan Pro-Jokowi beberapa waktu lalu, tidak demikian dengan pengamat politik muda, Varhan Abdul Aziz.

        Wakil Sekretaris Jenderal LSM Lumbung Informasi Rakyat (Lira) itu sepenuhnya yakin, bukan Ganjar yang dimaksud Jokowi. Persoalannya, kata Varhan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko pun hadir bersama Presiden dalam perhelatan nasional tersebut. 

        Baca Juga: Gubernur Kepri Apresiasi KSP Moeldoko Percepat Sertifikasi Kawasan Pesisir di Wilayahnya

        “Bahkan, lebih daripada Ganjar, justru Moeldoko yang mendampingi Presiden Jokowi naik ke panggung saat beliau membuka rakernas,” kata Varhan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/6/2022).

        Karena itu, Varhan berkeyakinan bahwa maksud tersembunyi Presiden Jokowi dengan kalimat “mungkin yang kita dukung ada di sini” lebih kepada Moeldoko. 

        Varhan mengatakan punya beberapa pertimbangan penting lain yang mendasari argumennya.

        Selain hadirnya Moeldoko dan tampilnya KSP mendampingi Presiden ke panggung untuk membuka Rakernas Projo, ada dua hal lain yang membuatnya yakin bahwa publik selama ini silap mengambil petunjuk tersembunyi dari pernyataan Presiden Jokowi. Pertama, kata Varhan, Presiden begitu antusias manakala diajak KSP Moeldoko melakukan panen sorgum di Desa Laipori, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (2/6).

        Dalam acara tersebut terlihat betapa akrabnya KSP dengan Presiden, seperti tampak dalam foto-foto yang beredar di media massa. Di sana, KSP Moeldoko  memang berinisiasif menggelar program budidaya sorgum seluas 4.000 hektare di dua desa, yakni Desa Laipori dan Desa Ngohung. KSP menilai, sorgum adalah tanaman pangan yang mudah dibudidayakan, termasuk di lahan kritis, serta mengandung nutrisi dan zat gizi yang cukup tinggi untuk menjadi pangan pengganti beras, jagung dan gandum.

        Yang kedua, kata Varhan, dari sisi Jokowi, tak mungkin ia secara terbuka mendukung Ganjar, kader internal PDIP, yang rawan membawa perpecahan di dalam PDIP, terutama dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputri.

        “Meskipun belum resmi diumumkan, hampir sudah jadi rahasia umum kalau pilihan resmi PDIP untuk calon presiden mendatang adalah Ketua DPR RI Puan Maharani, putri Ibu Mega,” kata Varhan.

        Dengan rekam jejak konsistensi komitmen Jokowi kepada PDIP dan Megawati, serta sikap santun yang senantiasa dijunjungnya, Varhan yakin Jokowi tidak akan mengambil sikap berbenturan dengan PDIP. 

        “Argumen-argumen tersebut sangat kuat untuk mendukung keyakinan saya bahwa yang dimaksud Jokowi pada Rakernas Relawan Projo itu ya KSP Moeldoko,” kata dia. 

        Keyakinan Varhan itu bukan tanpa dukungan data. Tidak sekadar mengandalkan intuisi dan petunjuk (hint), secara data pun peluang Moeldoko memang kuat. 

        Direktur Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia (Rispenindo), George Kuahaty, melihat hasil survei Moeldoko terus naik secara konsisten di berbagai survei, hingga pada April lalu masuk 10 besar Lembaga Survei Nasional.

        Tiga Lembaga survey juga menemukan data bahwa Moeldoko menjadi calon presiden asal militer yang paling diminati public. Ketiga Lembaga survey tersebut adalah Rispenindo, Lembaga Survei Nasional (LSN) serta Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM). 

        Menurut George Kuahaty, selama ini elektabilitas Moeldoko senantiasa naik secara konsisten. Tampaknya itu berkaitan dengan kinerjanya yang dianggap cemerlangsaat menjabat sebagai Panglima TNI di era kepemimpinan Presiden SBY, serta waktu dipercaya sebagai KSP pada periode pertama dan kedua Presiden Jokowi.

        Hasil survey Lembaga Survei Nasional (LSN) menyebut Moeldoko dinilai publik memiliki kemampuan untuk meneruskan kepemimpinan Presiden Jokowi, sehingga tingkat elektabilitasnya terus naik.

        Sementara hasil survei Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM) yang beberapa waktu lalu merilis surveinya, raihan angka Moeldoko jauh meninggalkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam survey LPMM, mantan Panglima TNI tersebut masuk lima besar peraih elektabilitas tertinggi. 

        “Yang menarik, dari hasil survei LSN itu elektabilitas Moeldoko merupakan murni karena hasil dari kemampuan, prestasi dan pengalaman dalam mengelola pemerintahan, tanpa pengaruh atau naungan partai politik terhadap sosoknya,” kata George. 

        Ia berasumsi, Moeldoko, tokoh asal Jawa dengan nama yang cukup mudah diingat, menjadikannya segera popular dan memiliki potensi yang sama besarnya untuk berada di jajaran eksekutif negara. Hanya saja fakta bahwa dirinya tidak mempunyai partai politik untuk melakukan kaderisasi, membuatnya selama ini luput dari radar para pengamat. 

        George juga menegaskan, besarnya harapan publik kepada Moeldoko itu juga terkait dengan keinginan rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dalam kondisi politik dan keamanan yang stabil. 

        “Itu yang membuat beliau sebagai salah satu ikon pemimpin asal militer sangat popular, dengan alasan bahwa public percaya bahwa pemimpin militer bisa membawa negara ke dalam stabilitas nasional. 

        Sebelumnya, banyak media massa arus utama melaporkan bahwa pada saat meresmikan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pro-Jokowi di kawasan Borobudur, Jawa Tengah, Presiden dianggap memberikan sinyal tentang tokoh pilihannya untuk Pilpres 2024.

        Saat itu, meski disertai ungkapan untuk tidak tergesa, sebuah pesan tersembunyi (hint) tentang tokoh yang akan dipilihnya untuk maju di kontestasi Pilpres 2024, mencuat. 

        “Urusan politik, ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa. Meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini. Sudah dibilang, jangan tergesa-gesa, ojo kesusu,” ujar Jokowi, saat itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: