Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Simak Nih! Fakta Soal Sawit yang Dituding Penyebab Karhutla dan Hilangnya Biodiversitas

        Simak Nih! Fakta Soal Sawit yang Dituding Penyebab Karhutla dan Hilangnya Biodiversitas Kredit Foto: Siaran Pers/PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ)
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Beberapa waktu lalu, muncul tudingan bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Indonesia terjadi sebagai akibat dari perkebunan sawit. Hutan yang habis dan karhutla juga berdampak pada hilangnya biodiversitas (flora dan fauna) otentik asli Indonesia dan tidak ada di negara lain, seperti Kukang dan Tarsius di Pulau Borneo.

        Melansir laman Palm Oil Indonesia pada Selasa (7/6), berikut fakta terkait perkebunan kelapa sawit yang dituding menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan hilangnya biodiversitas di Indonesia. 

        Baca Juga: Ada Beasiswa, 7 Perguruan Tinggi Kelapa Sawit Ini Bisa Jadi Pilihan Kampus Kamu Nih!

        1. Perkebunan Sawit Penyebab Kebakaran Hutan

        Industri sawit seringkali dituduh sebagai aktor utama dari bencana karhutla. Padahal, berdasarkan data Global Forest Watch (2019) menunjukkan bahwa sekitar 68 persen titik api ternyata berada di luar konsesi. Sementara itu, titik api di konsesi industri sawit relatif sedikit hanya sebesar yakni 11 persen atau lebih sedikit dibandingkan titik api di konsesi industri pulpwood yang sebesar 16 persen.

        Pelaku industri sawit khususnya perusahaan perkebunan besar justru berupaya melakukan mitigasi dan upaya preventif lainnya dengan membentuk SATGAS untuk berkoordinasi dengan Dinas Kebakaran, TNI-POLRI, BNPB/BPBD, Desa Peduli Api, dan SATGAS perusahaan lain untuk mencegah timbulnya titik api pada lahan perkebunannya atau lahan sekitarnya.

        2. Perkebunan Sawit Penyebab Hilangnya Biodiversitas

        Sejak awal pembangunan, berdasarkan UU 41/1999 tentang Kehutanan, Indonesia sudah mengklasifikasi hutan konservasi dan hutan lindung. Berdasarkan Statistik Kehutanan (2018) menunjukkan, luas hutan konservasi mencapai 17,35 juta hektar dan luas hutan lindung mencapai 23,91 juta hektar, atau proporsi keduanya mencapai 44 persen dari total hutan Indonesia.

        Proporsi yang relatif tinggi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia telah memiliki hutan/lahan dengan stok karbon tinggi (HCS) yang cukup besar dan nilai konservasi tinggi (HCV) sebagai rumahnya satwa-satwa liar dan ragam tumbuhan asli Indonesia.

        Berdasarkan hasil penelitian juga banyak menunjukkan bahwa jumlah jenis biodiversitas di kebun sawit tidak selalu lebih rendah dibandingkan biodiversitas yang ada di ecosystem benchmark (tutupan lahan yang serupa dengan tutupan lahan sebelum dijadikan kebun sawit) atau area HCV (hutan). 

        Baca Juga: Dukungan FPI Reborn ke Anies Baswedan Dibongkar, Ternyata Ada yang Bayar!

        “Bahkan pengembangan kebun sawit di beberapa daerah lokasi penelitian tersebut, justru meningkatkan jumlah jenis biodiversitas seperti herpetofauna dan kupu-kupu,” catat laman Palm Oil Indonesia

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: