Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kepercayaan Dimainkan, Orang Indonesia Makin Waspada terhadap Australia karena...

        Kepercayaan Dimainkan, Orang Indonesia Makin Waspada terhadap Australia karena... Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Jauh sebelum Perdana Menteri baru Australia Anthony Albanese melakukan kunjungan bilateral pertamanya ke Jakarta, kepercayaan Indonesia pada Australia sudah merosot.

        Menurut jajak pendapat pertama Lowy Institute di Indonesia dalam satu dekade, kepercayaan orang Indonesia di Australia telah merosot 20 poin dalam 10 tahun, dari 75% pada 2011 menjadi 55% tahun lalu.

        Baca Juga: Amerika Tingkatkan Fokus di Indo-Pasifik, Marinir Siap Diterjunkan di Australia Utara

        Orang Indonesia juga semakin tidak percaya pada sebagian besar kekuatan besar, termasuk Amerika Serikat dan China, menurut survei lembaga think tank Australia terhadap 3.000 orang Indonesia akhir tahun lalu.

        "Mayoritas orang Indonesia mempercayai Amerika Serikat dan Australia untuk bertindak secara bertanggung jawab, tetapi jumlah ini telah turun drastis sejak 2011," survei menunjukkan, dikutip laman CNBC.

        Ketidakpercayaan Indonesia terhadap Australia semakin dalam setelah Canberra menandatangani perjanjian keamanan dan kapal selam nuklir trilateral AUKUS dengan AS dan Inggris tahun lalu, kata mantan menteri luar negeri Indonesia Marty Natalegawa kepada CNBC pekan lalu.

        Para pemimpin baru Australia, tambah Marty, sekarang memiliki pekerjaan diplomatik yang cocok untuk mereka.

        “Penting bagi Indonesia untuk menguraikan niat, apa tujuan pemerintah Australia yang baru di kawasan (Asia-Pasifik),” kata ekz menteri itu dalam wawancara eksklusif di “Street Signs Asia.”

        Kesepakatan AUKUS mengacak-acak beberapa bulu di Asia-Pasifik. Baik Indonesia maupun Malaysia menyatakan keprihatinan setelah diumumkan. Indonesia mengatakan tidak ingin melihat "perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan yang berkelanjutan di kawasan" dan mendesak Australia untuk memenuhi kewajiban non-proliferasi nuklirnya.

        Hubungan Australia-Indonesia yang Rusak

        Masih ada pertanyaan apakah Australia dan Indonesia dapat membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih dalam di bawah kepemimpinan Albanese.

        Indonesia memandang AUKUS sebagai ancaman, kata Made Supriatma, peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura. Jakarta telah lama memandang Canberra sebagai ambivalen dan tidak dapat diandalkan.

        "Dan, pakta AUKUS serta bergabungnya Quad memperburuk keadaan karena dapat memprovokasi China dan mengacaukan kawasan," kata Made.

        Baca Juga: Forum Negara-negara Pasifik Terancam Pecah, Australia Turun Tangan Membantu...

        Sejarah tidak membantu.

        "Elite militer Indonesia tidak melupakan 'intervensi' Australia di Timor Timur pada 1999," katanya mengacu pada serangan Indonesia di Timor Timur setelah pemilihannya untuk kemerdekaan.

        “Militer Indonesia tidak dapat menghilangkan persepsi bahwa militer Australia telah melakukan intervensi ke wilayah Indonesia” dan memaksa angkatan bersenjata Indonesia untuk mundur, tambahnya.

        Bagi orang Indonesia, tidak masalah bahwa Australia telah bertindak atas perintah AS.

        Menyusul pengumuman AUKUS, pengamat politik termasuk mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyatakan keprihatinan bahwa hubungan Australia-Indonesia telah jatuh di pinggir jalan karena pakta keamanan lebih fokus pada pengelolaan hubungan Canberra yang berantakan dengan Beijing.

        Australia memilih untuk menjadikan Indonesia sebagai pitstop tingkat menteri pertama setelah pemilihan, tetapi banyak orang di Indonesia tidak akan berpikir bahwa Australia layak mendapat perhatian yang sama, Tim Lindsey dan Tim Mann dari Center for Indonesian Law, Islam and Society di The University of Melbourne mengatakan dalam sebuah opini di Percakapan.

        "Mereka melihat (Australia) sebagai mitra perdagangan dan investasi berperingkat rendah yang lebih fokus pada Amerika Serikat dan Inggris daripada Asia Tenggara," kata mereka.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: