Pendukung Sebut Jokowi Mirip Umar bin Khattab dan Ganjar Pranowo Punya Sifat Nabi, Rocky Gerung: Menurut Bu Megawati Keduanya Petugas Partai
Mendekati pemilu di tahun 2024, tensi dunia politik di Indonesia mulai meningkat. Beberapa kandidat calon presiden (capres) mulai melakukan manuver-manuver untuk bisa mendulang suara.
Sosok capres tentu tidak bisa dipisahkan dengan sosok relawan atau loyalis pendukung. Mereka yang dengan “mati-matian” berjuang agar sosok yang didukung menang juga mendapat sorotan publik.
Terbaru, pendukung Ganjar Pranowo sebagaimana viral di media sosisal menyebut bahwa sosok yang didukungnya punya sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
“Ganjar menjadi Presiden Indonesia, pribadinya akan tetap berlandaskan sifat Nabi Muhammad SAW, yakni Siddiq (Jujur), Amanah (Bisa dipercaya), Fathanah (Cerdas/Pandai) dan Tabligh (Menyampaikan),” kata Korwil Mak Ganjar Sumut, Nour Wahyuni, (44) dalam sambutannya di Lapangan Jalan Garu 1, Kelurahan Sitirejo, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Sumut, dikutip dari laman suaranasional.com, Senin (28/6/22).
Sebelumnya juga sosok Presiden Joko Widodo disamakan oleh salah seorang kader PDIP dengan Umar Bin Khattab.
Baca Juga: Sulit Betul Jadi Anies Baswedan... Pengamat Sebut Anies Jadi Target Framing "Politik Identitas"
Mengenai pengakuan pendukung Ganjar soal sifat Nabi Muhammad ini, Pengamat Politik Rocky Gerung ikut berkomentar.
Lewat video akun di kanal YouTube miliknya (Rocky Gerung Official) yang juga bersama oleh Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), Rocky menyinggung nama Megawati Soekarno Putri. Menurutnya, dua nama tadi (Jokowi dan Ganjar) adalah hanya petugas partai.
“Kalau kita tanya ke bu Mega, dia akan bilang keduanya petugas partai,” ujar Rocky melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Selasa (28/6/22).
Selain menyinggung sentimen kegamaan yang dua orang tersebut pakai, Rocky menyelipkan soal munculnya kembali baliho Jokowi 3 Periode.
“Demikian juga Ganjar bahwa barusan dibaca kesimpulan sekarang sok-sokan meminta supaya dielu-elukan kembali dengan dukungan komunitas religius,” tambah Rocky.
Menurut Rocky, ulah para pendukung dua sosok tersebut dikarenakan tidak mampu lagi membuat ide.
Akhirnya sinyal-sinyal konservatif digunakan.
“Tapi memang nggak mampu lagi mengola ide maka sinyal-sinyal yang paling konservatif ditaruh disitu karena seolah-olah dengan sinyal itu moslem society menganggap rahmat untuk presiden diberikan pada Ganjar. Ini konyol juga,” Jelas Rocky.
Menurut Rocky, penyamaan Jokowi-Ganjar dengan tokoh besar Islam tadi hanyalah menjadi bahan olok-olok karena tidak mungkin untuk terjadi.
“Kita masuk dalam yang disebut The Politics of Demagogy. Menyebut Presiden Jokowi setara Umar Bin Khattab, Ganjar dengan kualitas Nabi. Itu bukan hanya sekadar upaya untuk mengeluelukan seseorang tapi juga mengolok-plok karena nggak mungkin,” tegas Rocky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto