Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Membedakan Fakta dengan Hoaks, Menjadi Etis di Media Digital

        Membedakan Fakta dengan Hoaks, Menjadi Etis di Media Digital Kredit Foto: Kaspersky
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di era digital saat ini setiap orang dengan mudah terhubung melalui jaringan internet. Semua sekat seolah tidak ada lagi, bahkan dengan jarak geografis maupun budaya dan negara yang berbeda setiap orang kini bisa terkoneksi. 

        Untuk itu setiap individu pun harus berpikir bagaimana caranya berperilaku di media digital. Tidak lagi terbatas satu budaya dan golongan, bahkan kini setiap orang dituntut untuk bisa berkolaborasi satu sama lain. Karena itu diperlukan etika digital apalagi dengan masifnya penggunaan internet. 

        Baca Juga: Pengguna Internet Makin Masif, Etika dan Etiket Digital Harus Ditanamkan Sejak Dini

        "Menurut HootSuit kini populasi Indonesia sudah mencapai 277 juta, pengguna selulernya mencapai 370 juta dan 204 juta di antaranya memakai internet dengan jumlah pemakai media sosialnya 191 juta," kata Relawan Masyarakat Anti Fitnah (Mafindo), Sotyaparasto Winajimursid saat webinar Literasi Digital wilayah Ngawi, Jawa Timur pada Sabtu (25/6/2022).

        Penetrasi pengguna internet yang sangat luar biasa, data juga menunjukkan media sosial yang digunakan teratas adalah Whats'App dan Facebook. Dengan keragaman karakter, budaya, negara, serta unsur lain tentu bermedia digital memerlukan etika. Termasuk dalam berinteraksi di ruang digital, di mana sekarang banjir informasi menjadi permasalahan baru potensi akan beredarnya hoaks atau berita palsu maupun terjadinya perundungan digital.

        "Kita harus harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan. Bukan sekadar deretan angka huruf di layar monitor. Namun dengan karakter manusia yang sesungguhnya," ujarnya lagi. 

        Tindakan etis bisa menjadi perisai saat individu terkena konten negatif. Caranya dengan memahamkan setiap masyarakat akan pentingnya literasi digital sehingga dapat menganalisa konten negatif. Melalui kompetensi literasi digital seseorang juga sudah secara otomatis bisa memverifikasi konten negatif dan terhindar dari menyebarluaskannya. Sebaliknya justru dengan pengetahuan literasi digital, individu akan menyibukan diri memproduksi konten positif yang bermanfaat. 

        Webinar makin cakap digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Ngawi, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siber Kreasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. 

        Baca Juga: Minta Maaf Soal Kontroversi Promo Holywings, Hotman Paris: Saya Tidak Akan Melakukan Pembelaan

        Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Pengusaha, Digital Trainer dan Graphologist, Diana Aletheia, Enterpreneur dan Digital Marketer, Lim Sau Liang dan Relawan Mafindo, Sotyaparasto Winajimursid.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: