Pakar: Yang Angkat Isu dan Bikin Ramai di Medsos 'Jokowi Anti Islam' pada Pilpres 2019 Adalah Pendukungnya Sendiri
Salah satu PR besar di dunia perpolitikan Indonesia adalah menyelesaikan masalah polarisasi yang kian hari dirasa makin tajam. Polarisasi atau pembelahan di masyarakat makin terasa jika sudah berkaitan dukung-mendukung calon pemimpin.
Masalah polarisasi ini juga dibahas pada diskusi yang diadakan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) pada Rabu (29/6/22) dengan judul “Polarisasi Politik Pemilu 2024, Akankah Kembali Berulang?” yang diadakan secara daring.
Ismail Fahmi, Founder Drone Emprit, yang hadir sebagai salah satu narasumber berbicara panjang lebar mengenai analisis terkait polarisasi yang menjadi percakapan di media sosial.
Pada awal pembahasn Fahmi menyinggung soal penyebaran informasi salah alias Hoax yang mana menurut penelitian justru dilakukan oleh manusia bukan “BOT”.
“Fake news menurut penelitian di MIT paling banyak tersebar bukan oleh robot tetapi oleh manusia itu sendiri,” ujar Ismail Fahmi dalam diskusi tersebut, dikutip Rabu (29/6/22).
Dalam lanjutan materi pembahasannya, Ismail menyingung masalah atau isu turunan dari polarisasi yakni “politik identitas”.
Baca Juga: Nggak Setuju dengan Bang Yos Soal TKA Cina, Grace Natalie Singgung Tukang Las: Harus Punya…
Politik Identitas secara sederhana dapat diartikan pemberian batas yang sangat tegas untuk menentukan siapa yang diterima dan ditolak dalam kaitannya pemilihan dan keterpilihan politik
“Apa yang sering dipakai? Agama dan Pancasila sering dipakai. Saya Islam Anda bukan Islam, Saya Pancasila Anda bukan Pancasila, semua itu jadi politik identitas. Politik Identitas bisa dilakukan oleh banyak pihak,” jelas Ismail.
Ismail memberikan beberapa contoh serangan terkait politik identitas yang kerap terjadi pada momentum pemilihan umum (pemilu).
Satu yang cukup terasa adalah tudingan di pilpres 2019 bahwa Jokowi merupakan sosok yang anti Islam-ulama dsj. Analisis data yang Ismail lakukan menunjukkan hal menarik tentang tudingan “Jokowi anti Islam”.
Menurut Ismail, isu tersebut memang cenderung ramai bahkan heboh tetapi justru yang mengangkat bukanlah dari kubu lawan, tetapi dari pendukung Jokowi sendiri.
“Jokowi anti Islam dan Ulama, ini kan politik identitas. pertanyaannya siapa yang mengangkat isu itu. Di dalam percakapan ternyata 01 pendukung Pak Jokowi, 02 nggak mengangkat. Artinya isu ini memang ramai tetapi tidak diangkat oleh pendukung Prabowo tapi diangkat oleh pendukung Pak Jokowi sendiri, semacam self victim” ujar Ismail.
Kubu lawan justru tercatat melakukan percakapan besar sebagai “bahan serangan” terkait Janji-janji Jokowi yang dianggap belum ditunaikan selama menjabat di periode pertama.
Terkait kubu lawan Jokowi yakni Prabowo di Pilpres 2019, Ismail berdasarkan data dan analisisnya menunjukan isu Prabowo "pemarah" justru datang dan diramaikan oleh para pendukung Prabowo sendiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto