'Jakarta Jadi Ruang Penciptaan Budaya', Citayam Fashion Week Lawan Arus Influencer dan Si Kaya
Citayam Fashion Week telah menjadi fenomena yang berhasil memikat perhatian publik bahkan tokoh terkemuka. Para anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini suskes menjadi pusat perhatian dari semua kalangan.
Terkait hal tersebut Sosiolog UGM, Derajat Sulistyo Widhyarto, mengatakan bahwa Citayam Fashion Week sebenarnya tak ditujukan untuk orang kaya.
Baca Juga: Mas Anies Dengerin Ini Lho Undang-undang yang Dilanggar oleh Citayam Fashion Week
Sebab, para anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta dan banyak dari keluarga kelas menengah ke bawah.
“Hal itu seakan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer,” ujarnya dilansir dari laman UGM, Minggu (24/7).
Menurutnya, para anak muda di Citayam Fashion Week itu sudah kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota.
”Jadi, Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota,” ujarnya.
Derajat Sulistyo pun menilai kemunculan Citayam Fashion Week sebagai bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda, sehingga perlu diapresiasi.
Baca Juga: Tim Khusus Temukan CCTV Magelang-Jakarta dan Sekitar TKP, Jenderal Bintang Dua Ungkap Hasilnya . . .
“Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut,” katanya.
Kemunculan mereka yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru sangat brilian.
Sebab, gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca Juga: Dengerin Nih Kata Presiden Soal Citayam Fashion Week: Asalkan Positif Nggak Ada Masalah
“Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fashion,” jelasnya.
Selain itu, gaya busana yang digunakan para komunitas Citayam ini berasal dari baju pinjaman atau membeli dengan harga murah.
Hal itu tentu berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan kelas menengah.
“Menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah, hal inilah yg membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri,” katanya.
Tak hanya itu, kaum muda ini, menurut Derajat Sulistyo, juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka.
“Kaum muda di sana paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya,” paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar