Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemerintah Diminta Pertimbangkan Harga dan Subsidi BBM Berdasarkan Daya Beli Masyarakat

        Pemerintah Diminta Pertimbangkan Harga dan Subsidi BBM  Berdasarkan Daya Beli Masyarakat Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah disarankan mempertimbangkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang lebih realistis sesuai dengan harga beli impor seperti halnya yang dilakukan oleh Malaysia. Sedangkan subsidinya disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia.

        Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono mengatakan pertimbangan harga BBM maupun besaran subsidi pemerintah menjadi bagian penting dalam rangka memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga penting bagi Pemerintah untuk mempertimbangkan harga BBM berdasarkan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia, bukan pertimbangan jumlah penduduk.

        Sebagai misal, Singapura mempunyai penduduk sekitar 5,6 juta jiwa yang jauh lebih kecil dari penduduk Indonesia maupun penduduk Malaysia yang jumlahnya sekitar 33,37 juta jiwa. Akan tetapi, harga BBM di Singapura oktan 95 adalah 2,022 USD setara dengan Rp30.200,- per liter yang tentu jauh lebih mahal dari harga di Indonesia maupun di Malaysia.

        Namun, perlu diketahui bahwa tingginya harga BBM di suatu negara tidak ada korelasinya dengan jumlah penduduk, akan tetapi sangat berhubungan dengan kemampuan daya beli masyarakatnya.

        Baca Juga: Subsidi BBM di Malaysia Dinilai Lebih Kecil dari Indonesia, Harga Pertalite Diharapkan Bisa Turun

        Lebih lanjut anggota Dewan Pakar Partai Gerindra ini mengatakan, di Singapura walau harga BBM adalah dua kali lipat lebih tinggi dari Indonesia tetapi UMR-nya juga tinggi yakni sebesar 5.000 SGD setara dengan 53 juta. Sedangkan di Indonesia, UMR berkisar Rp2 juta hingga Rp 4,7 juta. Bahkan masih ada wilayah tertentu yang mempunyai UMR dibawah Rp2 juta seperti Sragen Rp1.839.000, Banjarnegara Rp1.819.000, dan lain lain. 

        Sebelumnya, BHS sempat membuat perbandingan harga BBM di Malaysia versus Indonesia yang kemudian menjadi polemik.

        "Untuk membuktikan pernyataan tersebut, saya meluncur ke Malaysia. Hasilnya, harga BBM di Malaysia jauh lebih murah dan subsidinya lebih kecil dari harga BBM di Indonesia," katanya.

        Padahal, kata Anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini menjelaskan, Indonesia dan Malaysia sama-sama menggantungkan BBM impor dari Negara Saudi Arabia, Brazil, Australia, Amerika, United Arab Emired (UAE). 

        Pria yang akrab di sapa BHS itu menjelaskan  sebagian besar harga gasoline oktan 95 di beberapa negara penghasil minyak di dunia jauh lebih kecil dari harga gasoline oktan 95 yang ada di Indonesia, misalnya  urutan 1 Venezuela harga 0,022 USD atau setara dengan Rp299 dengan jumlah penduduk 28 juta jiwa, urutan 2 ada Libai seharga 0.031 USD setara dengan Rp463, urutan ke-3 ada Iran 0,053 USD setara dengan Rp. 792,- , Urutan 9 Malaysia 0,46 USD setara dengan Rp. 6.881, urutan 10 Irak 0,51 USD setara dengan 7.690.

        Baca Juga: Hadapi Tekanan Penyediaan BBM, Pertamina Turun Tangan Lakukan Ini

        Berdasarkan data globalpetrolprices, kata penerima penghargaan anggota DPR-RI teraspiratif periode 2014-2019 ini,  di negara bukan penghasil minyak, harga BBM banyak yang lebih murah dari Indonesia, misalnya urutan ke 36 Taiwan 1,028 USD setara dengan 15.378, urutan 37 Burma 1,039 USD setara dengan Rp15.540, urutan 40 Maldive 1,071 USD setara dengan 16.022, urutan 45 Vietnam 1,121 USD setara dengan 16.770, urutan 50 adalah Indonesia 1,167 USD setara dengan Rp. 17.540 berarti ada 49 negara yang menjual bahan bakar oktan 95 lebih murah dari Indonesia.

        "Jadi, tidak benar kalau ada yang mengatakan harga BBM yang ada di Indonesia adalah yang termurah di Dunia, padahal Indonesia termasuk penghasil minyak dan gas yang sumur minyaknya terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara. 

        Apalagi ada  yang mengatakan harga BBM di Malaysia lebih murah dari Indonesia karena jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia. "Inipun tidak berdasar kajian dan datanya karena penetapan harga BBM tidak didasarkan kepada jumlah penduduk, tetapi kemampuan daya beli masyarakat," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: