Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Punya Narasi Tersendiri Soal Cerita Kemerdekaan, Ustaz Adi Hidayat 'Kena Sindrom Chauvinism'

        Punya Narasi Tersendiri Soal Cerita Kemerdekaan, Ustaz Adi Hidayat 'Kena Sindrom Chauvinism' Kredit Foto: Screenshot IG @adihidayatofficial
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ustaz Adi Hidayat alias UAH  menyinggung tentang pemilik rumah yang digunakan oleh Soekarno-Hatta untuk membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan pada 77 tahun yang lalu.

        UAH tampak mengawali ceramahnya dengan menjelaskan kronologi peristiwa Proklamasi yang ia pelajari. 

        Baca Juga: Ketua Fraksi PKS DPR: Kemerdekaan Bermakna NKRI Berdaulat - Rakyat Sejahtera, Adil, dan Makmur

        "Tepat tanggal 17 Agustus, di hari Jumat itu, tahun 1945, jam 10 pagi di Jalan Pegangsaan Timur," ucap UAH.

        UAH kemudian menegaskan bahwa penting untuk menyebutkan nomor lantaran menunjukkan bahwa pembacaan teks Proklamasi terjadi di sebuah rumah, bukan hanya di jalan.

        "Jangan lupakan nomor 56. Nomor itu penting karena menunjukkan satu tempat tertentu. Kalau hanya jalannya saja, maaf ya, Proklamasi hanya terjadi di jalan," tegasnya.

        Kemudian masuk pada inti ceramah UAH, bahwa dirinya menyebut pemilik rumah Proklamasi yang digunakan oleh Soekarno adalah seorang Muslim dari Yaman yang cinta tanah air.

        "Rumah siapa nomor 56 itu? Ternyata rumah itu milik seorang pengusaha Muslim keturunan Yaman yang sangat cinta dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini," lanjut UAH.

        Tak berhenti di situ, UAH juga menyebut bahwa sosok saudagar keturunan Yaman bernama Syeikh Faradj bin Marta itu juga mewakafkan rumahnya dan sempat memberi Soekarno setetes madu agar tubuhnya kembali fit.

        "Beliau mewakafkan rumahnya untuk proklamasi Soekarno. Namanya adalah Syeikh Faradj bin Marta. Soekarno datang kesitu dalam kondisi lemas ada penyakit dalam tubuhnya. Maka kemudian beliau memberinya madu Yaman pada malam harinya. Siang-siangnya sudah fresh," lanjut UAH lagi.

        Baca Juga: Tanggapi Soal Aliran Dana Ferdy Sambo Terkait Eksekusi Brigadir J, Begini Respons PPATK

        Sontak cuplikan video ceramah UAH tersebut menuai perdebatan.

        Seorang pengamat sejarah, Mazzini kemudian membalas di kolom komentar bahwa dokumen surat terima kasih Soekarno kepada Faradj bin Marta dibuat pada 1953, bukan 1945. 

        Ia memaparkan bahwa pemberian madu tersebut tak terjadi saat detik-detik menjelang Proklamasi.

        Baca Juga: Diidolakan Buat Jadi Next Jokowi, Komentar Anies Baswedan: Semoga Bisa Terlaksana...

        "Kalau soal rumah ada ucapan terima kasih pemerintah ke Faradj Martak soal madu juga ada tapi bukan saat proklamasi tapi ucapan terima kasih Bung Karno sudah dikirimi madu tahun 1953," tulis akun @mazzini_gsp.

        Warganet lain juga memberikan sumber sejarah otentik berupa kesaksian Dr. dokter RM Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno dan Wapres Muhammad Hatta mengenai kondisi kesehatan sang Proklamator.

        Bersumber dari tulisan sejarah Sri Margana & Baha'Uddin, Biografi Dr. R.M. Soeharto, warganet dengan username @margana_s memberikan teks kesaksian Dr. Soeharto dirinya yang merawat dan memberikan tindakan medis pada Soekarno untuk mempersiapkan kemerdekaan.

        "Bener atau nggak, haus pengakuan bener ya. Seolah2 ada konspirasi penyangkalan kontribusi muslim atau semacamnya. Kalau yg punya rumah orang Arab trus kenapa juga. Lha proklamator dua2nya muslim kok. Mental kalahan. Loser," tulis warganet lain

        Sementara itu pengamat sejarah, Mazzini menyebut bahwa Faradj Marta memang berjasa untuk Soekarno tapi dalam hal lain.

        "Kalau soal rumah ada ucapan terima kasih pemerintah ke Faradj Martak soal madu juga ada tapi bukan saat proklamasi tapi ucapan terima kasih Bung Karno sudah dikirimi madu tahun 1953." komentar @mazzini_gsp.

        Tak berhenti di situ, warganet lain menilai narasi UAH bersifat chauvinis atau membangga-banggakan kelompoknya sendiri.

        Baca Juga: KPK Telusuri Dugaan Suap Irjen Ferdy Sambo, LPSK: Untuk Membuktikan Itu, Gampang!

        "Orang kalau udah kena sindrom chauvinis gini, jadinya lucu-lucu ya," timpal warganet lain.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: