Bagian dari TFIC B20, IAI Dorong Empat Rekomendasi Strategis bagi Presidensi G20 Indonesia
Semakin pentingnya tata kelola keberlanjutan (sustainable governance) untuk menciptakan nilai melalui memajukan pertumbuhan yang inovatif, inklusif, dan kolaboratif, mendorong Dialog B20-G20 menerbitkan empat rekomendasi kebijakan kepada negara-negara G20.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai anggota Task Force Integrity & Compliance (TFIC) B20, terlibat sangat aktif dalam merumuskan rekomendasi yang mewakili suara masyarakat bisnis dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.
Rekomendasi itu digaris bawahi oleh Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI, Prof. Mardiasmo, ketika membuka webinar internasional B20-IAI-IFAC Strategic Leader Forum: Sustainability Governance as the Foundation of Value Creation, Kamis, 25 Agustus 2022.
Chair B20 Indonesia, Shinta W. Khamdani dan Chairperson TFIC B20, Haryanto T. Budiman, juga menekankan empat rekomendasi TFIC B20 terkait Presidensi G20 Indonesia.
Webinar internasional ini merupakan side event resmi TFIC B20 Indonesia, yang menampilkan pembicara dari dalam dan luar negeri, dengan hampir 2.000 peserta terdaftar dari belasan negara. Selain tiga keynote speakers di atas, pembicara yang ambil bagian antara lain dari IFRS Foundation, OJK, Pertamina, BRI, Vale Indonesia, Black Rock Investment Stewardship, dengan moderator Prof. Sidharta Utama (Anggota DPN IAI).
Baca Juga: B20 WiBAC Perkuat Kebijakan Pro-Perempuan Melalui Platform OGWE
Rekomendasi pertama adalah mempromosikan penerapan sustainable governance dalam bisnis untuk mendukung inisiatif Enviroment, Social, Governance (ESG). Rekomendasi ini mempromosikan pendekatan dan tindakan standar terkait upaya kepatuhan, pemantauan yang efektif, dan jaminan independen terhadap penerapan sustainable government. Rekomendasi kedua adalah tentang tindakan kolektif untuk mengurangi risiko integritas. Pada level ini, TFIC B20 mendorong optimalisasi dalam perlindungan mendasar terkait integritas dan transparansi saat berinteraksi dengan jaringan bisnis dan pihak pemerintah.
Rekomendasi berikutnya adalah mendorong kelincahan (agility) dalam tindakan pencegahan untuk memerangi risiko pencucian uang/pendanaan teroris. Di masa new normal, peningkatan kerangka integritas berdasarkan perubahan lanskap risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme perlu diefektifkan. Sedangkan rekomendasi keempat adalah tentang penguatan tata kelola untuk memitigasi risiko kejahatan dunia maya yang akhir-akhir ini semakin parah. Rekomendasi ini mengeksplorasi optimalisasi sumber daya organisasi yang ada untuk meminimalkan dampak risiko kejahatan dunia maya.
Haryanto Budiman mengatakan, sebagai bagian penting dari semua upaya itu, penerapan standar pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) yang berkualitas tinggi, terkonvergensi & diterima secara global, termasuk standar ESG dan kriteria pelaporan yang didukung oleh jaminan informasi yang disajikan, menjadi penting bagi negara-negara G20. Memiliki laporan seperti itu akan membantu investor dan pemangku kepentingan lainnya membuat perbandingan yang adil antara perusahaan yang pada akhirnya akan membangun ekonomi yang lebih adil.
Terkait keberadaan standar keberlanjutan tersebut, IAI melalui Task Force on Comprehensive Corporate Reporting (TF CCR IAI) menyatakan dukungannya terhadap proposal International Sustainability Standards Board (ISSB) tentang Exposure Draft IFRS S1 General Requirements for Disclosure of Sustainability-related Financial Information dan Eksposur Draft IFRS S2 Climate-related Disclosures. TF CCR IAI mendukung aspirasi untuk dasar global yang komprehensif untuk pengungkapan informasi keuangan terkait keberlanjutan dan pengungkapan terkait iklim, sambil menyoroti beberapa perbaikan utama yang harus dipertimbangkan oleh ISSB dalam pembahasan lebih lanjut.
Prof. Mardiasmo mengatakan, akuntan siap memimpin pelaporan keberlanjutan untuk mitigasi perubahan iklim, pengungkapan ESG, karena beberapa alasan. “Akuntan berada di pusat informasi serta memiliki keterampilan dan kompetensi yang relevan. Akuntan juga merupakan bagian dari komunitas yang terhubung secara global. Tidak kalah penting, kinerja akuntan dijaga oleh kode etik yang membuat kepentingan publik selalu mendapat prioritas tertinggi,” jelas Wakil Menteri Keuangan 2014-2019.
Pada kesempatan itu, Shinta Kamdani mengatakan, salah satu cara untuk mencapai tujuan B20-G20 terutama melalui kerjasama dan solidaritas global. Karena itu, upaya mengintensifkan hubungan antara komunitas bisnis negara-negara G20 dan di seluruh dunia sangat penting untuk menerapkan rekomendasi kebijakan ini.
“Upaya menyukseskan KTT B20 dan G20 pada bulan November 2022, bukanlah pilihan, tapi adalah sebuah keharusan,” jelas Shinta.
Baca Juga: B20 I&C TF Nilai Kolaborasi Jadi Kunci Praktik Bisnis dan Pemerintahan yang Berintegritas
Chair B20 Indonesia itu mendorong partisipasi semua pihak, untuk berkolaborasi dan memberikan kontribusi nyata, serta meningkatkan kemitraan masyarakat bisnis, profesi, dan elemen lainnya. Menurutnya, sustainable governance merupakan komponen penting dalam aktivitas bisnis saat ini. Shinta mendorong bisnis untuk mempertimbangkan dampak lingkungan (termasuk iklim, keanekaragaman hayati), sosial, manusia, dan ekonomi dalam keputusan bisnis mereka serta fokus pada penciptaan nilai berkelanjutan jangka panjang daripada nilai keuangan jangka pendek.
Shinta memberi ilustrasi, penerapan sustainable governance telah membawa banyak manfaat bagi perusahaan. Sekitar 33% bisnis yang mengintegrasikan praktik berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memangkas biaya, telah menghasilkan peningkatan laba sebesar 19%. Dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, sebuah perusahaan menghemat lebih dari USD11 juta melalui pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan transparan. Seratus perusahaan bertanggung jawab atas 71% emisi global, dan mereka adalah aktor yang sama yang akan memberi dampak signifikan atas 60% pengurangan emisi pada tahun 2030.
Shinta menambahkan, dunia bisnis secara progresif telah menyatukan organisasi dan entitas dari berbagai sektor untuk mengatasi tantangan keberlanjutan dan memainkan peran penting dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Perusahaan yang telah menanamkan SDGs ke dalam model bisnis mereka, telah menunjukkan bentuk manajemen dan ketahanan perusahaan yang lebih baik. Selain itu, SDGs dirancang untuk menjadi platform bagi bisnis untuk menyampaikan keprihatinan mereka dan mengusulkan solusi. B20 Indonesia percaya bahwa SDGs adalah pendorong utama yang telah membuka jalan bagi banyak perusahaan untuk menerapkan tata kelola yang berkelanjutan secara lebih luar biasa.
Webinar di atas merupakan side event resmi B20 Indonesia ketiga yang diselenggarakan IAI bersama B20 dan IFAC. Menjelang KTT puncak G20 pada bulan November, IAI bersama B20 dan IFAC kembali akan menggelar side event resmi secara hybrid (offline dan online) pada 10 Oktober 2022 di Bandung, Jawa Barat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: