Desakan Usut 'KM 50' Laskar FPI Pengawal Habib Rizieq Kembali Menggema di Tengah Kasus Ferdy Sambo, Pengamat: Masih Dipenuhi Misteri!
Hancurnya skenario “Duren Tiga Berdarah” yang dibuat oleh Irjen Ferdy Sambo untuk menutupi kejatannya yang mmebunuh Yosua Hutabarat alias brigadir J terus menjadi sorotan masyarakat. Kini bola panas terus menggelinding ke aspek lainnya.
Sebut saja desakan yang kembali menggema terkait “KM 50” di mana pengawal Habib Rizieq tewas dibunuh oknum polisi. Hal ini disinggung oleh Wakil Ketua Komisi III Desmond Mahesa mempertanyakan soal KM 50 di hadapan Kapolri saat rapat bersama.
Mengenai desakan KM 50 kembali diusut, Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengungkapkan memang peristiwa tewasnya 6 warga negara tersebut diliputi banyak misteri.
“Peristiwa yang menggemparkan publik itu memang masih dipenuhi banyak misteri,” jelas Achmad lewat keterangan resminya yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, Jumat (27/8/22).
Terkait klaim yang membuat pembunuh 6 laskar FPI tersebut bebas dari tuntutan yakni ada perlawanan sehingga mereka perlu dilumpuhkan juga perlu dipertanyakan.
Baca Juga: Jalani Pemeriksaan, Istri Ferdy Sambo Dapat 80 Pertanyaan, Siap-siap!
Hal ini karena menurut Achmad hilangnya CCTV di lokasi kejadian semakin menguatkan dugaan ketidakberesan dalam kasus ini.
“Keterangan bahwa 6 orang pengawal Habib Rizieq ditembak mati karena mencoba melawan petugas pun banyak pihak yang meragukannya. CCTV di lokasi kejadian hilang bahkan tempat kejadian perkara di KM 50 bahkan ditutup. Ini yang menjadi keanehan peristiwa peristiwa ini,” lanjut Achmad.
Atas dasar itu, menurut Achmad jika memang terdapat bukti baru, kasus KM 50 bisa kembali dibuka untuk diselidiki.
“Jika memang ditemukan bukti bukti baru dari kasus ini maka kasus KM 50 bukan tidak mungkin dapat dibuka lagi ke publik. Melihat dari kasus Ferdy Sambo ini terlihat bagaimana aparat hukum bisa bersama sama merekaya sa kasus yang terjadi dimana korbannya adalah seorang polisi aktif. Maka bukan tidak mungkin rekayasa bisa terjadi pada peristiwa KM50 yang korbannya adalah masyarakat sipil,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto