- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Kementan Dorong Produksi Kopi di Jawa Barat, SYL: Untuk Menangkan Tantangan Krisis Pangan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) melakukan kunjungan kerja nursery benih kopi di Kabupaten Garut dalam rangka mendorong pengembangan kopi. Pengembangan tersebut dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil kopi dunia.
Dalam hal ini, SYL memaparkan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu wilayah penghasil benih kopi terbesar dengan target produksi sekitar 3 juta batang di tahun 2022. Dia menyebut bahwa Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang memiliki perkembangan yang signifikan.
Baca Juga: ASEAN Terancam Krisis Pangan, Kementan RI Gelar Pertemuan Antarnegara
Dalam periode Januari-Maret 2022, kata SYL, total penanaman di Jawa Barat mencapai 499.000 batang. SYL juga memaparkan bahwa pada periode April-Januari 2022, terdapat sebanyak 1,01 juta batang, Juli-September 300.000 batang, dan pada Oktober-Desember mencapai 900.000 batang.
"Jawa Barat masuk sepuluh besar kawasan pengembangan Kopi di Indonesia. Termasuk Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Bali, dan NTT," kata SYL dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/8/2022).
Dia memaparkan bahwa saat ini luas areal kopi nasional mencapai 1,26 juta hektare pada tahun 2021 dari luas kopi perkebunan rakyat seluas 1,23 juta hektare atau 98 persen dan perkebunan besar seluas 0,03 juta hektare atau 2 persen.
Selain itu, dia juga memaparkan bahwa inovasi bibit kopi mesti dikembangkan di berbagai daerah. Dengan begitu, kata SYL, Indonesia mampu meningkatkan produksi dan naik ke posisi satu dunia dari posisi awal di peringkat ketiga.
"Oleh karena itu, pengembangan kopi melalui produksi benih kopi harus diwujudkan sekaligus untuk memenangkan tantangan krisis pangan dan energi di masa depan. Ekspor kopi pun meningkat dan kopi kita nomor satu di dunia," tegasnya.
Berdasarkan status keadaan tanaman, luas kopi nasional terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas 188,91 ribu hektare dan TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 947,92 ribu hektare. Adapun luas areal Tanaman Tidak Menghasilkan atau Tanaman rusak (TTM/TR) mencapai 122,16 ribu hektare.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah memaparkan bahwa saat ini produksi kopi nasional mencapai 774,70 ribu ton yang terdiri dari produksi kopi Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 769 ribu ton atau 99,33 persen dan produksi kopi Perkebunan Besar (PB) sebesar 5,67 ribu ton atau 0,67 persen. Semua kopi tersebut tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan produktivitas 817 kg/ha.
Baca Juga: Sebut Bisa Menjadi Pengganti Gandum, Kementan: Kenapa Kita Lupakan Sorgum?
"Produksi kopi yang dihasilkan sebagian besar diekspor dengan volume ekspor tahun 2021 sebesar 382,93 ribu ton dan memberikan kontribusi devisa senilai Rp12,35 triliun atau penghasil devisa sektor perkebunan terbesar kelima setelah kelapa sawit, karet, kakao, dan kelapa," katanya.
Andi menjelaskan, perolehan devisa yang ada saat ini belum mencerminkan kontribusi nilai optimal, mengingat sebanyak 98,01 persen kopi yang diekspor masih dalam bentuk produk primer atau kopi biji dengan kualitas ekspor didominasi 70 persen oleh mutu sedang sampai rendah grade IV hingga VI. Kendati demikan, Kementan sejak tahun 2020 mulai menggencarkan Kegiatan BUN500, yakni penyediaan benih uggul bermutu tanaman perkebunan 500 Juta Batang.
"Upaya tersebut di antaranya membangun Nursery BUN dan memproduksi benih kopi secara swakelola dan mendorong produsen benih mitra untuk membangun dan memproduksi benih di dalam atau sekitar Kawasan Pengembangan Kopi," jelasnya.
"Yang pasti saat ini jumlah produsen nursery mitra benih kopi mencapai 47 unit yang tersebar di 14 Provinsi. Pemerintah terus mengembangkan kopi nasional untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan dalam negeri," tambah Nur Alam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: