Kantongi Pendukung Loyal, PDIP dan Demokrat Dinilai Aman dari Swing Voters pada Pilpres 2024
Kredit Foto: Antara/Zabur Karuru
Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis dari semua partai di Indonesia hanya ada dua partai yang memiliki pendukung loyal dengan persentase tinggi dalam pemilihan Pilpres 2024 mendatang.
Pendukung loyal ini akan menghindarkan mereka dari pengaruh voters swing atau pemilih yang bisa berpindah dari satu partai ke partai lain. Dua partai ini adalah PDIP dan Demokrat.
Menurut analisa ilmuwan politik Prof. Saiful Mujani dalam program Bedah Politik bertajuk ”Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang tayang di kanal Youtube SMRC TV pada Kamis, (01/09/22) hanya ada dua partai Indonesia dengan pemilih loyal.
Baca Juga: Sandiaga Uno Siap Maju di Pilpres 2024, Soal Pasangan Majunya Nanti: Saya Serahkan kepada...
“Ada dua partai yang memiliki pemilih loyal dan tidak mudah pindah, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat. Sementara dua partai yang terancam kehilangan kesempatan lolos ke Senayan adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan,” ungkapnya.
Saiful juga menjelaskan bahwa dari Pemilu ke Pemilu, partai yang mendapatkan suara terbanyak bisa berganti-ganti secara ekstrim. Ini disebut sebagai fenomena swing voters.
Tapi dalam dua Pemilu terakhir, kata Saiful, komposisi perolehan suara partai relatif stabil. Hanya saja, ada partai yang hilang, juga ada partai yang melemah.
PDIP, misalnya, naik sekitar 1 persen dibanding Pemilu 2014. Artinya pasti ada partai yang jadi korban, walaupun itu hanya 1 persen. Bisa dilihat bahwa partai yang cukup besar turun suaranya adalah partai Golkar.
Bersamaan dengan naiknya PDIP, juga bisa dilihat kenaikan yang cukup signifikan pada partai Gerindra.
Dilihat dari total suara, pemilih Gerindra lebih banyak dibanding Golkar, walaupun kursi Golkar di parlemen lebih banyak dari kursi Gerindra, karena nilai suara di basis-basis Golkar lebih murah dibanding Gerindra.
Juga ada kenaikan suara pada Nasional Demokrat (Nasdem), dari 7 persen menjadi sekitar 9 persen. Pada saat yang sama, ada penurunan cukup tajam pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Artinya, ada perubahan-perubahan pemilih. Yang tadinya, misalnya, memilih PPP menjadi tidak memilih partai tersebut, pindah ke partai yang lain,” terang Saiful.
Ditemukan ada 2,7 persen pemilih PDIP yang pindah ke Golkar, tapi ini angka yang tidak signifikan secara statistik.
Pada kasus pemilih PDIP yang tidak menyatakan akan memilih kembali PDIP ini justru lebih banyak masuk ke kelompok yang belum menentukan pilihan atau wait and see, sekitar 16,7 persen.
“Dibanding dengan partai yang lain, pemilih PDIP relatif stabil,” kata pendiri SMRC tersebut.
Dalam kondisi ini, kata dia, jika PDIP berhasil merebut dan menampung perpindahan pemilih dari partai lain, partai berlambang banteng dengan moncong putih ini memiliki potensi untuk mengalami kenaikan suara.
Alasannya adalah karena yang menyatakan akan pindah ke partai yang lain sangat tidak signifikan. Sementara yang menyatakan tidak tahu atau tidak jawab juga relatif normal atau tidak terlalu besar dibanding dengan partai-partai lain, sekitar 16,7 persen
Partai kedua yang memilih pemilih yang relatif solid adalah Partai Demokrat. Ada 73,6 persen pemilih Demokrat 2019 yang menyatakan akan kembali memilih Demokrat.
Yang belum menentukan pilihan cukup kecil, 7,7 persen. Sementara yang akan mengancam adalah PDIP dan Gerindra (5,7 persen dan 5,4 persen).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty