Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Amerika Nempel ke Indonesia, China Dekati Thailand, Analis Buka-bukaan Situasi di Asia Tenggara

        Amerika Nempel ke Indonesia, China Dekati Thailand, Analis Buka-bukaan Situasi di Asia Tenggara Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Asia Tenggara mendapati situasi yang berbeda dari satu negara dengan negara lainnya saat merespons ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan China terhadap Taiwan.

        Indonesia bulan lalu menjadi tuan rumah latihan perang Garuda Shield dengan AS. Ini adalah latihan rutin yang diadakan setiap tahun tetapi diperluas untuk mencakup Jepang, Singapura dan Australia untuk pertama kalinya.

        Baca Juga: Amerika dan China Bikin Gejolak di Taiwan, Pakar: Asia Tenggara Merespons Hati-hati karena...

        Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Andikan Perkasa ramah terhadap AS. Itu terlihat dari latihan militer gabungan tersebut di atas.

        Sementara itu, China mengadakan latihan dengan militer Thailand di saat yang bersamaan. Ini dianggap sebagai respons untuk melawan rivalnya, AS.

        Analis memperingatkan bahwa latihan Garuda Shield tidak boleh dianggap sebagai tanda langkah menuju AS.

        “Ada beberapa kekhawatiran di Jakarta tentang bagaimana tampilan itu akan dimainkan dengan China. Tidak ada dukungan universal untuk itu,” kata seseorang yang mengetahui diskusi pemerintah, dilansir Financial Times.

        Yang lain mengatakan Indonesia tidak mungkin memihak atau bahkan mengecam tindakan apa pun.

        “Saya pikir percakapan itu condong ke arah kita untuk tidak mengizinkan kapal militer apa pun untuk transit melalui perairan kepulauan kita pada saat konflik, baik itu AS atau China,” kata Gilang Kembara, peneliti Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Jakarta.

        Tekanan ekonomi menambah kekhawatiran di kawasan itu, dengan prospek pertumbuhan global melemah dan rantai pasokan yang terlepas menghantam negara-negara yang bergantung pada ekspor.

        AS telah menyuarakan manfaat dari Kerangka Ekonomi Indo-Pasifiknya sementara China telah menawarkan bujukan kepada pemerintah, pinjaman, dan peluang ekonomi lainnya.

        “Semakin sulit bagi negara-negara (Asia Tenggara) untuk memiliki kue dan memakannya juga,” kata Chong Ja Ian, asisten profesor di National University of Singapore.

        “Tidak ada negara yang mengartikulasikan apa yang akan mereka lakukan jika terjadi konflik, tetapi segera mereka mungkin harus melakukannya,” imbuh dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: