Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        The Good Times 2022: Bersama Atasi Masalah Krisis Iklim

        The Good Times 2022: Bersama Atasi Masalah Krisis Iklim Kredit Foto: Tri Nurdianti
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Presidensi G20 Indonesia 2022 menjadi suatu momentum yang penting dalam menggerakkan inisiatif ke arah permasalahan lingkungan yang lebih serius.

        Memanfaatkan konteks Presidensi G20 Indonesia 2022 ini, The Good Times dalam rangkaian acara F20 Climate Solutions Forum hadir diselenggarakan oleh Foundations Platform F20 bersama dengan The Habibie Center dan didukung juga oleh mitra F20 Indonesia, yaitu Yayasan Bina Swadaya, Yayasan Wahid, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) serta filantropi Indonesia.

        Foundations Platform F20 merupakan platform yayasan dengan jaringan pada sekitar 80 yayasan di lebih dari 20 negara yang bekerja sama dengan negara-negara G20 untuk mengimplementasikan UN Sustainability Goals (SDG’s/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) yang selaras dengan Paris Climate Agreement.

        Baca Juga: Pertamina NRE- Jababeka Infrastruktur Kembangkan Green Industrial Cluster

        Diluncurkan pertama kali pada tahun 2017 di Jerman, platform F20 hingga saat ini telah mengambil peran dalam proses KTT G20. Hal ini terkait dengan G20 yang bertanggung jawab atas lebih dari 80% gas emisi rumah kaca global yang menjadi alasan mendesak untuk segera mengambil tindakan terhadap krisis iklim yang terjadi sebagai akibatnya.

        “Apa yang benar-benar ada di depan kita saat ini, yang harus kita pahami dengan jelas adalah saat ini kita benar-benar dihadapkan dengan krisis iklim yang bisa kita lihat telah melanda seluruh dunia. Dengan berbagai kejadian yang ada, gelombang panas, kebakaran, dan lainnya, kita tidak bisa menyangkal, krisis iklim telah benar-benar terjadi. Inilah saatnya kita harus bergerak dan beraksi, bukan lagi hanya menunggu sampai di masa depan,” tutur Klaus Milke selaku F20 Chair dari Stiftung Zukunftsfähigkeit dalam The Good Times Summit 2022 bertema Impactful Innovations: Making the Transition to a Net Zero World a Reality di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

        Penting untuk disadari bahwa yayasan dan pemerintah dalam hal ini saling melengkapi dalam memberikan peran dan kontribusinya untuk bersama-sama mengatasi dampak dari yang ditimbulkan oleh permasalahan iklim yang terjadi.

        Dalam hal ini, Milke menyampaikan bahwa F20 memiliki peran penting dalam menjembatani proses kerja sama dan mendorong dialog antara yayasan, pelaku bisnis, politik dan pemerintah, serta masyarakat dari seluruh dunia, terutama G20 dalam proses menemukan solusi untuk mengatasi masalah iklim global.

        Ia menekankan, “ada narasi penting yang perlu kita ingat, di mana kita tidak boleh meninggalkan siapa pun di belakang kita, dalam hal ini, mari lakukan yang terbaik bersama-sama, dengan menggunakan pendekatan yang holistik, jangan terlalu pilah-pilih.”

        Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, khsususnya pada masalah krisis iklim yang menjadi fokus utama dalam diskusi, adalah harus dengan melihat secara keseluruhan, dengan melihat pada dimensi sosial, inkusivitas, dimensi ekologis, dengan memperhitungkan pada tindakan serta keselarasan dengan tujuan bersama yang akan dicapai.

        Semua mitra yang bekerja sama dalam F20 telah menyadari tanggung jawab global yang harus dilakukan dan perlu untuk menunjukkan komitmen dengan mengambil sikap tegas khususnya terkait dengan agenda pada 2030 dan Perjanjian Iklim Paris. Oleh karena itu, dalam F20 kali ini, agenda dijalankan untuk mendesak Presidensi G20 Indonesia 2022 dan Presidensi G7 German untuk memenuhi tanggung jawab untuk segera bertindak menghadapi permasalahan iklim yang terjadi.

        Rekomendasi F20 mengarahkan untuk fokus pada tindakan dalam memajukan transisi energi yang adil untuk mencapai target bebas emisi dan pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C. Dalam rekomendasi ini, F20 mendesak Kepala Negara G20 untuk menyepakati target pembangkit listrik terbarukan sebesar 70% pada tahun 2030.

        Target dari pembangkit listrik energi terbarukan 2030 ini berbasis pada bukti dan sains dengan merujuk pada realisasi lintasan nol emisi untuk menjaga target emisi di angka 1,5°C, pembentukan dan dukungan kemitraan iklim dan energi baru, prinsip-prinsip transisi yang adil dan target sementara yang konkret pada 2030, dekarbonisasi sektor keuangan, realisasi rencana penghentian batu bara nasional dengan batas waktu konkret, sarana, dan tindakan bersama, bantuan pembiayaan jangka panjang yang terjangkau untuk negara-negara berpenghasilan rendah, memperkuat in-debt-for-climate-swaps dan penghapusan utang bilateral dan multilateral, serta transformasi pasar yang lebih luas untuk mendorong konstruksi dan operasi bersih dengan nol karbon pada 2050.

        Hadir dalam kesempatan yang sama, Ilham A Habibie selaku F20 Co-Chair dari The Habibie Center mengemukakan bahwa dunia tengah menghadapi banyak tantangan yang sulit. Termasuk pandemi yang terjadi telah memperlihatkan bahwa ada banyak batasan dan tantangan yang harus dihadapi, namun di luar itu, pandemi juga sekaligus memunculkan inovasi dan kolaborasi untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada, termasuk untuk mewujudkan solusi atasi masalah krisis secara bersama-sama melalui inovasi.

        “Krisis iklim ini adalah sebuah tantangan bagi kita semua dan kita perlu untuk bersama-sama menemukan solusi, menemukan jalan baru, bagaimana cara mengatasinya, menemukan produk dan layanan yang dapat memitigasi dan mengatasi permasalahan ini,” tutur Ilham.

        Lebih lanjut, ia menjelaskan bagaimana krisis iklim telah memberikan dampak yang besar di seluruh dunia dan dampak ini terjadi secara bersama-sama serta saling memengaruhi satu sama lain. Ia berujar bahwa mungkin dampak dari krisis yang ada saat ini bukanlah sesuatu yang terjadi dengan cepat atau jelas, namun ia menekankan permasalahan ini adalah suatu hal yang pelan tapi pasti.

        Oleh karena itu, ia menyarankan perlu dengan cepat mulai bertindak dari sekarang karena di masa depan, semua dampak dari krisis yang terjadi akan terlihat lebih gamblang dan lebih besar.

        “Ini mungkin bukan sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, namun kita bisa melakukannya dengan sedikit demi sedikit dan perlahan dengan aksi yang nyata, maka dengan itu kita akan menemukan jalan keluar,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: