Meski Pasar Indonesia Lebih Besar, Investasi Data Center Lebih Tertarik ke Malaysia
Jika dilihat dari sisi jumlah pengguna internet, Indonesia berada jauh di atas Malaysia. Data per Januari 2024 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 185,3 juta orang, sementara Malaysia hanya memiliki 33,59 juta pengguna.
Platform media sosial seperti Facebook, YouTube, Instagram, TikTok, dan LinkedIn juga lebih banyak digunakan di Indonesia, membuat Tanah Air ini memiliki potensi besar sebagai pasar digital.
Namun, fakta ini tidak cukup untuk menarik minat investor asing di sektor data center. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar, berbagai kendala seperti regulasi, harga listrik, dan insentif investasi dianggap kurang kompetitif dibandingkan dengan Malaysia.
Beberapa perusahaan teknologi besar dunia justru menginvestasikan dana besar untuk membangun pusat data di Malaysia. Beberapa di antara perusahaan yang telah berinvestasi di Malaysia adalah:
Oracle
Oracle, perusahaan cloud asal Amerika Serikat, mengumumkan investasi senilai USD 6,5 miliar (sekitar Rp98 triliun) untuk membangun pusat data publik regional pertamanya di Malaysia. Investasi ini bertujuan membantu organisasi di Malaysia memodernisasi aplikasi mereka dan memanfaatkan layanan berbasis AI dan data analytics.
Google berkomitmen menginvestasikan USD 2 miliar (sekitar Rp31 triliun) di Malaysia untuk membangun pusat data dan wilayah cloud regional pertama mereka. Investasi ini mendukung layanan seperti Google Search, Google Maps, dan Workspace, serta sektor publik dan swasta di Malaysia.
Amazon Web Services (AWS)
AWS menggelontorkan investasi senilai USD 29,2 miliar (sekitar Rp446 triliun) di Malaysia. Selain membangun pusat data, AWS menciptakan lebih dari 3.500 lapangan pekerjaan dan menandatangani kerangka kerja cloud dengan pemerintah Malaysia.
Baca Juga: PLN Rampungkan Pembangunan Jaringan Kelistrikan Baru untuk Data Center di GIIC Cikarang
ByteDance
Perusahaan induk TikTok ini berencana menginvestasikan USD 2,13 miliar (sekitar Rp34,7 triliun) untuk membangun pusat AI di Johor, Malaysia.
Microsoft
Microsoft mengumumkan investasi sebesar USD 2,2 miliar (sekitar Rp 33,6 triliun) selama empat tahun untuk mendukung transformasi digital di Malaysia, termasuk pembangunan infrastruktur cloud dan pusat keunggulan AI.
Di sisi lain, investasi Microsoft di Indonesia hanya mencapai USD 1,7 miliar, menunjukkan bahwa daya tarik Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia. Salah satu alasan utamanya adalah kebijakan dan insentif yang kurang kompetitif. Malaysia, misalnya, menawarkan harga listrik yang lebih murah dan insentif pajak yang menarik bagi investor data center.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement