Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Makan Enak, Omong Kemajuan, dan Musik (II-Habis)

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Saya teringat pada salah satu taktis jitu yang di-launch?oleh Dirut PT PP (Persero) Bambang Triwibowo dalam menggerakkan?engagement. Dalam salah satu paparan di media massa nasional, Lunch with the CEO: Serius tapi Santai, ia menggunakan sebuah cara yang amat jitu, murah, berkaidah, dan efektif dalam menggerakkan?engagement. Mereka di PP menyebutnya program MEOK, yaitu makan enak, omong kemajuan.

        Memang, ini istilah yang sederhana, tetapi esensinya amat hebat, cerdas, orisinal, dan mumpuni. Pandangannya dan fokus lensanya bergerak ke depan: apa yang bisa diciptakan? apa yang bisa diperbaiki? apa yang bisa diraup? Lihat, orientasinya adalah menangkap?opportunities. Kesemua?underlying?ini hebat untuk mendorong dan merangsang kinerja. Dengan MEOK, banyak?project cost saving?yang bisa mereka tangkap, ide-ide yang bersifat?breakthrough?akan muncul sambil makan enak di pagi hari di kantor sebelum rapat. Inisiatif semacam itu tentu saja meningkatkan?competitiveness.

        Wajar saja, dalam dimensi penggunaan kemampuan kreatif dan ketajaman intelektual, inovasi, dan ide-ide kreatif itu hanya bisa mengalir deras kalau situasinya santai dan kondusif. Kita tidak bisa berpikir jernih dan benar ketika situasinya sedang kalut dan mencekam. Dalam kondisi yang tegang, maksimal yang bisa dipikirkan otak manusia hanya?survival?dan kepentingan diri sendiri untuk kelangsungan hidup.?Boro-boro?bisa membicarakan kemajuan.

        Lain dengan PP di Jakarta, lain juga dengan taktis?engagement?yang dilakukan Pelindo IV di Makassar. Kultur Indonesia Timur memang unik. Kulturnya amat egaliter, hangat, dan mereka amat?to the points. Kultur ini menuntut kemampuan artikulasi. Salah satu prakarsa yang amat kreatif dan efektif dalam menggalang?engagement, dilakukan melalui musik dan lagu.

        CEO Pelindo IV Mulyono menjadi motornya. Melalui disiplin latihan olah vokal dan presentasi panggung,? karakter dan kecerdasan otak kanan kreatif dibentuk. Dan, hasilnya amat hebat. Tim organisasi menjadi solid, baik itu tim pusat maupun berbagai kantor operasional dalam lingkup Pelindo IV. Kemampuan komunikasi dan artikulasi ide menjadi lancar. Hubungan menjadi hangat dan dekat. Rasa percaya diri dan kemampuan ekspresi tim juga terbangun. Dalam situasi yang cair dan hangat tersebut, berbagai ide dan prakarsa perbaikan dan inovasi akan disambut dengan riang.?

        Kita tentu bisa menduga apa yang akan terjadi kalau suatu prakarsa manajemen dan berbagai ajakan transformasi itu langsung dituangkan melalui instruksi perintah kerja dan instrumen formal tanpa melalui gerbang taktis?engagement. Sebagian besar akan macet di ranah implementasi. Itu sebabnya, taktis?engagement?seperti ini saya sebut murah, berkaidah, dan bermartabat. Jika Anda ingin membangun?employee engagement?yang berhasil, ayo ajak dulu timnya MEOK dan "nyanyi". Contoh-contoh di atas sejatinya bisa mengisi?missing link?dari temuan HBR perihal aplikasi?engagement.

        Teladan?Leaders

        Teladan adalah amat penting bagi?leaders?untuk mendemonstrasikan teladan bagi suatu keberhasilan?engagement. Dalam konteks seperti ini, kita bisa memahami ide dasar dari apa yang ingin dilakukan oleh Menteri BUMN Rini M Soemarno. Ia meminta direksi BUMN mengencangkan ikat pinggang dan memberi teladan hidup efisien bersahaja, di antaranya melalui medium terbang dengan kelas ekonomi. Saya percaya bukan soal penghematan biaya tiketnya yang ingin dikejar. Sama sekali tidak! Namun, spirit dan teladan dengan duduk di kelas ekonomi itu sendiri.

        Dalam rangkaian itu, ia ingin memberi teladan dengan prakarsa menjual gedung BUMN. Ia berargumen kantor tua 22 lantai itu hanya dihuni oleh 260 pegawai. Ini tentu tidak efisien, meskipun ada sebagian kecil yang disewakan ke pihak lain.

        Maka wajar saja, tatkala ia meminta direksi BUMN naik pesawat kelas ekonomi untuk memasyarakatkan efisiensi, tentu saja akan amat?fair, dan menjadi sebuah teladan, kalau kantor pusat BUMN sendiri juga harus efisien. Itulah?underlying motive?yang terbaca. Spirit seperti ini yang sejatinya dipotret. Namun, beberapa politisi membawa ide dan wacana ini menjadi tarian politik. Dan, daripada larut dalam wacana politik yang tidak berkesudahan, lebih baik kita mengobarkan?employee?engagement?sambil MEOK.

        Penulis: Hendrik Lim, CEO Defora Consulting, defora@hendriklim.com

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: