Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Puan Maharani Nggak Masuk, Ini 3 Nama yang Bakal Dongkrak Suara PDIP: Ganjar Jelas Masuk!

        Puan Maharani Nggak Masuk, Ini 3 Nama yang Bakal Dongkrak Suara PDIP: Ganjar Jelas Masuk! Kredit Foto: Twitter/Ganjar Pranowo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan jika PDIP akan mendapat efek positif jika mengajukan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, atau Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres). Sebaliknya, pencalonan Puan Maharani tidak memiliki pengaruh atau bahkan cenderung memperlemah suara PDIP.

        Hasil studi ini dipresentasikan oleh pendiri SMRC, Saiful Mujani, pada Kamis (29/9/2022). Hasil didapatkan dari studi eksperimental yang dilakukan untuk menjawab hubungan kausalitas antara calon dengan partai. Dalam studi ini, pertama-tama yang diuji adalah variabel kontrol (T0), yakni pilihan pada PDIP. Terdapat 28 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, yang menyatakan tidak akan memilih 43 persen, dan tidak tahu 29 persen.

        Baca Juga: Beda Nasib PDIP saat Usung Ganjar Pranowo Dibandingkan Puan Maharani: Satu Bawa Untung, Satunya...

        Dalam treatment 1 (T1) dimasukkan nama Puan Maharani. Pertanyaannya adalah jika PDIP mencalonkan Puan Maharani untuk menjadi presiden, apakah Ibu/Bapak akan memilih PDIP atau calon anggota DPR dari PDIP bila pemilihan umum dilakukan sekarang? Hasilnya, ada 25 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, 44 persen yang menyatakan tidak, dan 31 persen menjawab tidak tahu.

        Saiful menjelaskan bahwa untuk pertanyaan netral (kontrol), ada 28 persen yang menjawab akan memilih PDIP. Namun, setelah ada nama Puan, menjadi 25 persen. Suara PDIP mengalami sedikit penurunan.

        "Mbak Puan tidak meningkatkan elektabilitas PDIP kalau dia dicalonkan," jelas Doktor lulusan Ohio State University, Amerika Serikat, tersebut.

        Dalam treatment 2 (T2), nama yang dimasukkan adalah Ganjar Pranowo. Hasilnya, ada 43 persen yang menjawab ya, 33 persen menjawab tidak, dan 24 menyatakan tidak tahu atau tidak jawab.

        Data ini menunjukkan bahwa jika PDIP mencalonkan Ganjar, suara PDIP berpotensi mengalami penguatan, dari 28 persen (kontrol) menjadi 43 persen (dengan Ganjar sebagai calon presiden). "Ganjar memperkuat PDIP secara signifikan," kata Saiful.

        Dalam treatment 3 (T3) yang dimajukan oleh PDIP adalah Anies Baswedan. Hasilnya, ada 38 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Anies Baswedan, 37 persen tidak akan memilih, dan 25 persen tidak tahu.

        "Anies juga lumayan punya kontribusi positif (terhadap peningkatan suara PDIP), walaupun tidak sekuat Ganjar," jelas Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

        Pada treatment 4 (T4), yang menjadi calon presiden PDIP adalah Prabowo Subianto. Hasilnya, ada 36 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Prabowo sebagai presiden, 40 persen menyatakan tidak, dan 24 persen menjawab tidak tahu. Prabowo, jelas Saiful, juga memiliki efek penguatan suara PDIP.

        Saiful menjelaskan bahwa secara keseluruhan Ganjar memiliki pengaruh paling positif pada peningkatan suara PDIP, sekitar 14,7 persen, sementara pengaruh Anies Baswedan 9,9 persen, Prabowo 8,4 persen, sementara pengaruh Puan Maharani negatif.

        Baca Juga: Pikir Dua Kali, Hasil Survei Sebut PDIP Masih Punya Calon yang Lebih Kompetitif dari Puan Maharani

        Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa suara PDIP sendiri tidak cukup menjadikan seorang calon menjadi presiden. Ganjar, menurut dia, bisa menarik suara dari gerbong politik lain. Anies dan Prabowo juga demikian. Setidak-tidaknya, menurut Saiful, mereka tidak mengancam suara PDIP jika PDIP mencalonkan mereka.

        Berbeda dengan Puan Maharani yang justru cenderung mengancam suara PDIP. "Orang yang ada di PDIP pun bisa pergi jika Puan dipaksakan menjadi calon presiden," pungkasnya.

        Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

        Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate sebesar 1053 atau 86%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

        Dalam studi eksperimental untuk menguji efek calon presiden terhadap PDIP, responden dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok (kontrol, treatment 1, treatment 2, treatment 3, dan treatment 4) dan setiap kelompok diberi satu pertanyaan yang berbeda dari kelompok yang lain.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: