Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sawit, Komoditas Tahan Banting dan Berdiri Kokoh untuk Jaga Perekonomian Indonesia

        Sawit, Komoditas Tahan Banting dan Berdiri Kokoh untuk Jaga Perekonomian Indonesia Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kelapa sawit menjadi sektor ekonomi yang penting dan paling tahan banting di Indonesia. Bahkan selama pandemi Covid-19, kelapa sawit tetap berdiri kokoh untuk menjaga agar perekonomian Indonesia tetap kuat.

        Tidak hanya itu, industri sawit mampu menyerap sedikitnya 16 juta tenaga kerja. Setiap tahunnya, industri kelapa sawit juga berkontribusi sekitar 13,5 persen terhadap ekspor nonmigas dan menyumbang 3,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kelapa sawit telah mendorong pertumbuhan industri dengan memproduksi lebih dari 146 jenis produk hilir.

        Baca Juga: Periode 6 Oktober, Harga Sawit Domestik Tercatat Naik Lagi

        Demikian disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI, Ravindra Airlangga, dalam Sosialisasi dan Expo Sawit Baik Indonesia 2022 di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/10/2022). Kegiatan yang mengangkat tema hilirisasi kelapa sawit menuju ketahanan ekonomi nasional itu diselenggarakan oleh Jaringan Indonesia Muda (JIM) berkolaborasi dengan Anggota Komisi IV DPR RI dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

        Ravindra menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia per tahun 2021 mencapai 15,98 juta hektar yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

        Baca Juga: BPDPKS dan BRIN Dorong Pemanfaatan Kebaikan Sawit untuk Hortikultura Indonesia

        Wakil Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir), Agus Sutarman, mengatakan pada awalnya kebun kelapa sawit hanya diusahakan oleh perusahaan. Namun sampai tahun 1979, luas kebun sawit rakyat sekitar 3.125 hektar dan perkebunan besar 257.939 hektar.

        Perkebunan rakyat juga terus berkembang. Pada tahun 1980, pemerintah membuat program PIR/NES yang dibiayai oleh Bank Dunia dengan menunjuk BUMN PTPN sebagai inti dan petani sebagai plasma.

        "Setelah pola PIR berjalan dengan baik di kelapa sawit, perkebunan swadaya menjadi berkembang," katanya.

        Dalam kesempatan yang sama, Presenter Zahra Shalimah menjelaskan bahwa kelapa sawit merupakan satu-satunya komoditas unggulan perkebunan yang berkontribusi bagi devisa negara mencapai 25 persen dari APBN. kelapa sawit bersifat sustainable karena merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi hingga 25 tahun.

        Baca Juga: Holding Perkebunan Nusantara dan IPB Kerja Sama Membangun Unit Pengolahan Kelapa Sawit Mini

        Lebih lanjut, dijelaskan Zahra, kampanye negatif kelapa sawit dewasa ini banyak dialihkan ke isu-isu lingkungan. Uni Eropa menganggap perkebunan budidaya kelapa sawit tidak ramah lingkungan sehingga dilarang masuk ke seluruh negara di Uni Eropa. 

        Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menghadang kampanye negatif kelapa sawit dengan mengoptimalkan kampanye positif kelapa sawit di media sosial serta membuka fakta-fakta positif di bidang perkebunan kelapa sawit di berbagai media sosial secara maksimal.

        Baca Juga: India Targetkan Buka Lahan Baru untuk Sawit, Apa yang Bakalan Terjadi Bagi Indonesia?

        "Sangat perlu dilakukan penyamaan persepsi di media sosial, yaitu terwujudnya suatu usaha industri sawit sebagai salah satu unggulan perkebunan nasional yang berkelanjutan berbasis ramah lingkungan, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: