Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga TBS Sulit Naik meski Ekspor Sawit Meningkat, Ini 4 Penyebabnya

        Harga TBS Sulit Naik meski Ekspor Sawit Meningkat, Ini 4 Penyebabnya Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Naiknya ekspor minyak sawit Indonesia ternyata tidak berdampak bagi petani sawit. Padahal, dijekaskan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak sawit dan turunannya pada Agustus 2022 naik signifikan menjadi 4,334 juta ton.

        Angka tersebut melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 2,705 juta ton.

        Baca Juga: Turut Bawa Sawit, Misi Dagang Indonesia ke Qatar Bukukan Potensi Transaksi Segini

        "Ini menarik, eskpor kita meningkat, tapi harga TBS tidak terdongkrak seperti yang diharapkan. Kalau kita tengok struktur harga TBS, salahnya di mana sih?" Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, melansir elaeis.co, Rabu (12/10/2022).

        Pertama, kata ayah dua anak ini, rentang harga TBS dengan harga jual di sektor hilir terlalu jauh. Kedua, penetapan harga Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia tidak kompetitif. "Yang menawar perusahaan itu-itu saja. Alhasi, penetapan harga ini sudah kayak arisan saja," katanya.

        Ketiga, kata doktor lingkungan Universitas Riau ini, tata cara penetapan harga TBS yang diatur  Permentan, masanya sudah expire, sudah basi. "Saya enggak bilang Permentan itu enggak baik, tapi sudah kedaluwarsa, sudah harus diperbaharui," ujarnya.

        Berikutnya, ada alasan korporasi yang menyebut bahwa DMO menghambat ekspor, padahal kenyataan di lapangan, ekspor itu lancar-lancar saja. "Kalau saya menengok, DMO ini justru dijadikan tameng untuk menangkis harga TBS sesungguhnya. Ini menjadi tameng untuk perusahaan bersinergi menekan harga TBS petani," Gulat menuding.

        Belakangan, ekspor minyak sawit dan turunannya meningkat, tapi yang paling meningkat itu justru ekspor olahan CPO. CPO sendiri hanya berada di angka 1,337 juta ton.

        Data GAPKI menyebut, ekspor olahan CPO itu mencapai 13,525 juta ton. Angka ini disusul oleh ekspor Oleokimia yang mencapai 2,722 juta ton. Kalau ditotal semua, volume ekspor hingga Agustus 2022 mencapai 18,435 juta ton. 

        Hanya saja, meski volume ekspor olahan CPO yang paling bengkak, acuan harga TBS petani tetap saja harga ekspor CPO. Inilah yang membikin Gulat miris. "Sudah saatnya acuan penetapan harga TBS itu enggak lagi hanya harga CPO, tapi sudah harus dikombinasikan dengan harga produk turunannya," katanya.

        "Gimana pula kita mau menjadikan harga ekspor CPO menjadi satu-satunya acuan harga TBS di saat ekspor CPO kita cuma 7 persen? Yang benar sajalah," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: