'Kritik Jokowi Auto Kadrun, Bela Jokowi Auto Cebong', Refly Harun Sampai Prihatin: Harusnya Biasa Saja!
Memasuki dua tahun terakhir masa jabatan sebagai seorang Presiden, Jokowi jadi sorotan sejumlah pihak terkait kinerjanya selama memimpin Indonesia.
Kritik keras datang dari salah seorang Dosen Universitas Indonesia (UI) Mulyadi Opu Andi Tadampali yang menyebut bahwa rezim Jokowi adalah rezim yang memperoduksi bangsa yang terbelah.
“Rezim ini sedang memproduksi bangsa yang terbelah. Dosen diadu dengan mahasiswa, istri diadu dengan suami, anak melawan orang tua,” kata Dosen UI Mulyadi Opu Andi Tadampali, dikutip dari laman suaranasional.com, Jumat (4/11/22).
Menanggapi kritikan tersebut, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun juga mengaku turut prihatin dengan apa yang rezim ini telah lakukan.
“Ini juga merupakan keprihatinan banyak orang yang memperhatinkan bangsa ini dan tentu keprihatinan saya juga,” ujar Refly melalui kanal Youtube-nya, dikutip Jumat (4/10/22).
Salah satu contoh keterbelahan masayarakat yang dikahwatirkan berujung pada perpecahan bangsa adalah pelabelan pada dua kubu masyarakat.
Pelabelan tersebut adalah “Kadrun” saat mengkritik Jokowi, dan “Cebong” saat membela Jokowi.
“Ketika kita mengkritik Presiden Jokowi seolah-olah kita dikelompokan sebagai satu bagian dari masyarkaat yang terpisah dari negara, orang menyebutnya kadrun,
“Itu sendiri sudah terjadi pembelahan di masyarakat. Sebaliknya reaksi kelompok yang dikatain kadrun itu adalah mengatakan siapapun pendukung pemerintahan sebagai cebong,” jelas Refly.
Menurut Refly, di alam demokrasi dengan masyarakat terbuka, hal seperti mendukung ataupun mengkritik adalah hal yang biasa saja.
“Padahal dalam masyarakat yang terbuka, biasa saja ada orang mengkritik dan memuji, tetapi di Indonesia menjadi masalah,” jelas Refly.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: