Framing Politik Identitas PSI Terhadap Anies Berpotensi Menghilangkan Suara Ganjar
Pengamat Politik Rocky Gerung menilai tindakan yang dilakukan oleh Partas Solidaritas Indonesia (PSI) yang mendorong popularitas Ganjar Pranowo dengan mengaungkan pemimpin anti politik identitas dan korupsi justru berpotensi kehilangan pemilih muslim.
Rocky menyebut tindakan tersebut adalah psikologinya terbelah, dimana di satu pihak membutuhkan suara muslim tapi menganggap bahwa kalau suara muslim itu diajukan sebagai dasar berpolitik maka anies yang akan mengeruk keuntungan disana.
Baca Juga: PSI Gak Habis Pikir, Ade Armando Bawa Kristen Demi Kalahnya Anies Baswedan: Katanya Nasionalis...
Menurutnya, dalam hal berpolitik Anies tidaklah berfikir kesana walaupun secara arkeologis anies lebih dekat dengan muslim politik dari HMI para madinah, hingga berpidato di acara 212.
"Teapi itu kan teknik politik bukan etlis politik dan bagian itu justru yang dipakai untuk menghajar anis melalui profil ganjar, artinya ganjar masuk ke teknologi politik yang sama dan itu justru akan mencelakakan ganjar dan ganjar akan tetap kehilangan pemilih muslim yang 90 persen pemilih itu muslimmuslim," Ujar Rocky dikutip dari laman YouTube RockyGerungOfficial, Minggu (6/11/2022).
Rocky mengatakan bahwa opini yang disampaikan oleh PSI adalah akar dari sebuah kebencian terhadap salah satu sosok.
Baca Juga: Ade Armando Dinilai Hanya Bisa Sulut Perpecahan Antar Umat, PSI: Katanya Nasionalis Garis Keras!
"Bagian ini Kekonyolan-keoonyolan ini yang dilakukan oleh partai-partai yang sudah otaknya kecil, elektabilitasnya juga kecil, begitu pula relawan yang bergerombil di partai kecil itu justru masuk ke dalam kebencian," Ujarnya.
Lanjutnya, ia menekankan bahwa akan membasmi kebencian dalam politik. Hal tersebut dilakukan agar politik Indonesia diasuh dengan argumen bukan dengan sentimen yang ada.
Menurutnya hal tersebut terjadi karena tidak pernah berhenti mempromosikan Islamophobia dan itu buruknya, mereka yang menganggap kami Demokrasi kami pancasila itu dalam bibir begitu tapi dalam hati ada kebencian dalam politik islam.
"Itu gak bener dan bangsa ini harus dikembalikan ke fakta antropologi bahwa muslim itu mayoritas yang kita inginkan muslim berpolitik secara rasional kan itu intinya, dan bagi kalangan coro ini apapun yang berbau muslim itu berbahaya buat negara ya kalau begitu bubarin aja negara ini buat apa ada mayoritas tapi ga mampu untuk diminta kontribusinya sebagai upaya menyehatkan Demokrasi, padahal Demokrasi dengan islam selalu ada paralelisasi yaitu dengan keadilan, dan kesetaraan," Tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty