Bukan Dukungan, Omongan Jokowi Justru Merendahkan Prabowo dan Bu Mega? Pengamat: Untuk Pamer Levelnya Lebih Tinggi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat heboh dengan pernyataannya yang menyebut bahwa pemilihan presiden (pilpres) 2024 merupakan jatah Prabowo Subianto, usai dirinya meminta maaf karena dua kali mengalahkan Ketua Umum Gerindra tersebut. Pernyataan ini pun mendapat banyak tenggapan, termasuk dari Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam.
Ia menyebut hal itu bukanlah sebuah pujian atau dukungan, melainkan justru merupakan sindiran. Pasalnya, ia menilai Jokowi seperti memamerkan keberhasilannya kepada sang rival di dua pemilu sebelumnya. Seperti diketahui, Prabowo sendiri sudah gagal tiga kali.
"Jokowi memamerkan kemenangannya dalam dua Pilpres 2014 dan 2019 di hadapan Prabowo. Hal itu seolah ingin menunjukkan level capaian dan kelas politiknya yang jauh berbeda dibanding mereka yang kalah Pilpres," kata Umam, Rabu (9/11/2022).
Umam menilai, Jokowi seperti kehilangan sensitivitasnya terkait kompetisi pilpres yang tiga kali berturut-turut telah membuat Prabowo kalah. Bahkan ia menilai, statemen Jokowi itu sebenarnya bukan hanya menyinggung Prabowo yang telah kalah di Pilpres 2014 dan 2019, tetapi juga secara tidak langsung menyinggung Megawati Soekarnoputri.
Sebab sebagaimana publik ketahui, Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga pernah kalah berturut-turut di Pilpres 2004 dan 2009. Bahkan, kekalahan Megawati saat itu terjadi saat dirinya berada di posisi incumbent, masih memegang pemerintahan usai menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid yang dilengserkan dari kursi presiden.
Umam menilai, dalam konteks ini, melihat ego Jokowi sudah cukup tinggi untuk dipemamerkan ke banyak tokoh politik senior. Hal itu bisa jadi dikarenakan akibat sudah cukup lamanya Jokowi berada di pemerintahan mulai wali Kota Solo, Gubernur Jakarta hingga dua periode presiden. Posisi menikmati kekuasaan itu, dinilai Umam, seolah menurunkan level sensitivitasnya.
"Ini seolah menjadi penting bagi dirinya untuk memamerkan capaian dan menunjukkan kelasnya yang berbeda jauh dibanding mereka yang kalah Pilpres, yakni Prabowo dan Megawati itu sendiri," terangnya.
Baca Juga: Bilang Menang 2 Kali Pilpres, Jokowi Dinilai Menyinggung Prabowo, Sekaligus Mega
Padahal, ia berharap, seharusnya Jokowi paham dan lebih sensitif. Karena bagaimanapun capaian dia saat ini, karier politiknya tidak lepas dari peran Prabowo yang mendukungnya di Pilkada DKI Jakarta 2012. Termasuk juga peran Megawati yang mendukungnya di Pilpres 2014 dan 2019.
"Dalam tradisi Jawa, sebaiknya Jokowi kembali memahami nasehat ojo dumeh, jangan mentang-mentang, karena di balik capaian dan prestasi kita, selalu ada peran orang lain di belakangnya," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas