Nggak Kenal Kata Istirahat Menyerang Pakai Isu 'Politik Identitas', Refly Harun Heran dengan Pembenci Anies Baswedan: Aneh!
Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie atau Gus Choi atau Gus Choi mencuri perhatian saat argumen membela Anies Baswedan yang kerap dituding mengenai isu Politik Identitas.
Sorotan didapatkan saat ia mengungkapkan bahwa yang memulai awal permsalahan Politik Identitas itu adalah lawan Anies sendiri di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ketika membawa surah Al-Maidah ayat 51.
Mengenai hal ini, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun angkat suara. Refly mengaku heran dengan orang-orang yang selalu menyerang Anies dengan tuduhan politik identitas, menurutnya mereka malah terkesan tak rela masalah ini hilang karena terus menerus mengangkatnya ke permukaan.
“Luar biasa, framming ini nggak berhenti, terus menurus diglorifikasi seolah-olah yang tidak rela politik identitas itu berakhir itu justru penyerang Anies, orang-orang yang sekarang mendukung istana, aneh kan?” ungkap Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Rabu (23/11/22).
Refly pun menganggap masalah Pilkada 2017 lalu di mana Anies dituding menang karena melakukan politik identitas harus dipandang sebagai pembelajaran saja bagi kedua belah pihak.
Refly menilai Anies yang tiada hari tanpa dituduh melakukan politik IdEentitas saat ini terbuka untuk bicara soal kualitas kepemimpinannya selama lima tahun di DKI Jakarta dibanding mengungkit kemenangannya di 2017 lalu.
“Ini sekadar catatan sejarah saja, karena yang paling penting bagi kita seseungguhnya adalah bagaimana mengakhiri ini,” ungkap Refly.
“Anies ibaratanya sudah mau bicara mengenai kualitas, debat intelektual dan ilmiah,” tambah Refly.
Refly pun menegaskan untuk melahirkan pemilu yang jujur dan adil bukan hanya sekadar mengehntikan politik identitas saja.
Masalah-masalah lain juga tak boleh dikesampingkan seperti potensi kecurangan pemilu oleh pihak penguasa.
“Kecurangan pemilu potensi dan keberpihakan birokrasi atau aparat negara bahkan seorang presiden itu harus segera juga diakhiri,” ungkapnya.
Dengan melakukan hal yang demikian, menurut Refly diharapkan bisa melahirkan pemilu yang jujur dan adil.
Namun Refly menegaskan pemilu yang jujur dam adil bukan berarti melarang orang memilih calon pemimpin sesuai dengan keyakinan masing-masing.
“Pemilu yang jujur dan adil bukan berarti melarang orang untuk memilih sesuai dengan keyakinannya, itu adalah hak bernegara, hak asasi manusia. Jadi orang tidak boleh misalnya gara-gara dia muslim nggak boleh pilih pemimpin muslim, bukan begitu, Tapi kalau dia pilih pemimpin lain ya itu juga tidak boleh dilarang, jadi artinya kebebasan itu adalah kebebasan untuk memilih yang dijamin konstitusi,” ungkap refly.
Sebelumnya, Effendy Choirie meluruskan adanya stigma yang menyebutkan bahwa Anies Baswedan menggunakan politik identitas dalam kemenangannya di Pilkada DKI Jakarta pada 2017 silam.
“Lahirnya Pemilu Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktor utamanya bukan Anies, tapi Ahok. Orang Kristen, China mengutip ayat Al-Qur’an. Berangkatnya dari situ yang menafsirkan ayat semaunya, di sini sebetulnya titik tolaknya,” kata Gus Choi dalam “Indonesia Lawyers Club” yang ditayangkan melalui Youtube, Kamis (17/11/22)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto