Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Membongkar Capres PDIP dan Curhatan Megawati Ogah Maju Lagi, Cerita Panda Nababan: 'Aduh Aku Kan Udah Nenek-nenek...'

        Membongkar Capres PDIP dan Curhatan Megawati Ogah Maju Lagi, Cerita Panda Nababan: 'Aduh Aku Kan Udah Nenek-nenek...' Kredit Foto: Suara.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi senior PDIP, Panda Nababan, mengungkap internal partainya yang hingga kini belum mengumumkan calon presiden (capres) untuk pemilu 2024 mendatang.

        Menurutnya, saat ini PDIP memiliki dua kandidat unggulan, yaitu Puan Maharani yang didukung Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo yang didukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

        Baca Juga: Panda Nababan Dibuat Pusing Saat Megawati Dibuat Nangis Gus Dur: Katanya Ada Pacaran Sama Ajudan

        "Di PDIP sendiri, ada dua calon. Pak Jokowi lebih berat ke Ganjar, saya yakin ibu Mega menaruh harapan terhadap Puan," kata Karnil Ilyas saat berbincang dengan Panda Nababan di Youtube Karnil Ilyas Club.

        Panda mengatakan, Megawati tidak akan maju kembali sebagai capres karena merasa sudah tua dan sudah tiga kali kalah dalam pilpres.

        "Megawati itu tiga kali kalah. Saya pernah tanya Mega masih mau maju ga? 'Aduh Panda aku kan uda nenek-nenek uda tiga kali kalah'," kata Panda saat bercerita ke Karni Ilyas.

        Mega yang tiga kali kalah, menurut Panda, kini bertemu dengan Jokowi yang lima kali menang dalam kontestasi politik mulai dari wali kota di Solo, Gubernur DKI, hingga Presiden.

        "Alangkah eloknya ini yang kalah nanya yang menang. Normaliternya ini akan terjadi dialog. Maka waktu mereka bertemu di Batutulis, aku merasa gembira," kata Panda.

        Baca Juga: Terkuak Drama Pemecatan Rizal Ramli Sebagai Menteri, Panda Nababan Kisahkan yang Dilakukan Jokowi-JK

        Panda yakin pada pertemuan itu Mega akan bertanya ke Jokowi mengenai sosok capres karena Mega tahu diri dan menghargai juga sangat sayang kepada Jokowi.

        "Siapa nanti yang mereka putuskan dari interaksi mereka berdua, saya percaya itulah yang terbaik. Karena Mega sendiri tertolong ada orang tempat dia bertanya. Kebetulan orang tempat dia bertanya itu orang punya reputasi menang dalam lima kali pertandingan. Dan itu jarang yang punya karier politik begitu terkecuali Suharto yang seumur hidup," kata Panda.

        Karni Ilyas lalu bertanya mengenai keinginan Megawati agar ada trah Sukarno yang melanjutkan karier politik yang kini berada di pundak Puan Maharani.

        "Ya tapi, di luar jabatan Presiden, ibu Mega juga memikirkan soal trah Sukarno. Semua kita kan kepingin warisan kita berlanjut. Apakah warisan itu dari bapak kita atau dari kita sendiri kalau bisa dilanjutkan anak kita," ujar Karni.

        Baca Juga: Terkuak Drama Pemecatan Rizal Ramli Sebagai Menteri, Panda Nababan Kisahkan yang Dilakukan Jokowi-JK

        Dengan tegas, Panda Nababan menjawab bahwa di keluarga Sukarno tidak pernah membicarakan mengenai trah. 

        "Jadi gini, trah itu tidak ada. Ini bukti di majalahku bagaimana Megawati membikin tanda tangannya Mega Taufik bukan Mega Soekarno. Dan ga ada cerita trah itu," ujar Panda.

        Jika ada keluarga Sukarno yang berhak membicarakan trah, menurut Panda Nababan, bukan Megawati Soekarnoputri tapi Guntur Soekarnoputra, anak tertua Sukarno.

        Panda mengatakan, Guntur sempat menghubunginya pekan lalu dan mengatakan bahwa dirinyalah yang lebih berhak membicarakan soal trah Sukarno karena anak laki-laki tertua. Setelah Guntur, orang yang berhak lainnya adalah anaknya Puti. 

        "Karena kenapa? Puan itu marganya Kiemas. Tidak bisa mengklaim trahnya Soekarno. Boleh di shift kedua, layer kedua. Dan itu pun sebenarnya setahu aku puluhan tahun bergaul dengan keluarga Sukarno, ndak ada trah itu," tegas Panda.

        Baca Juga: Panda Nababan Khawatir Jokowi dan Surya Paloh Saling Balas Dendam, Fahri Hamzah: Sudah Terjadi dan Sudah Jadi Kenyataan

        Karni Ilyas lalu melihat dari sisi Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP yang ingin mewariskan jabatannya ke Puan Maharani.

        "Tapi kalau kita bicara warisan ketua umum PDIP, pastilah ibu Mega kepinginnya Puan yang jadi ketua tapi itu baru aman kalau Puan jadi Presiden. Kalau orang lain jadi presiden, kita ga tau, presidennya nanti politiknya terhadap PDIP seperti apa. Sehingga jadi tanda tanya lagi. Tapi kalau Puan jadi Presiden, Ketua PDIP dipastikan pegang Puan. Dan ini warisan juga loh. Warisan dari ibu," jelas Karni.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: