Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kritik Keberadaan Buzzer, Rocky Gerung: Hanya Ada di Era Jokowi, Orang Akan Ingat!

        Kritik Keberadaan Buzzer, Rocky Gerung: Hanya Ada di Era Jokowi, Orang Akan Ingat! Kredit Foto: Instagram/Rocky Gerung
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa istilah buzzer identik dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, kata Rocky, setiap partai tak memiliki buzzer, tetapi kader.

        "Emang kata buzzer kan khas punya Jokowi kan. Kan nggak ada buzzer PDIP, PDIP buzzer-nya ya kadernya sendiri, Demokrat ada buzzer nggak ada, buzzer Demokrat adalah kader sendiri, PKS juga gitu. Semua partai buzzer-nya adalah kadernya sendiri. Nah, Pak Jokowi adalah buzzer-nya itu  outsource itu," ujar Rocky, melansir Suara.com, Rabu (30/11/2022).

        Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Acara Akbar Bukti Jokowi Takut Anies, Begini Tanggapan Relawan Anies

        Rocky mengibaratkan buzzer seperti perisai. Kata Rocky, lantaran memiliki perisai yang tebal, Jokowi tak memiliki akses dengan rakyat dan hanya ingin mendengarkan buzzer. "Saking tebalnya perisai itu, Pak Jokowi nggak punya akses lagi dengan rakyat. Jadi Pak Jokowi hanya ingin dengar apa yang oleh buzzer dirumuskan sebagai hal yang baik buat Jokowi," ucap dia.

        Terlebih, kata Rocky, aksi buzzer ini bahaya karena menyerang, bukan mempromosikan seseorang. Hal tersebut kata Rocky yang dapat merusak demokrasi.

        "Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi makin marah makin galak buzzer itu makin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya.

        "Akhirnya buzzer memberi opini publik menguasai surveyor segala macem disewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi ini buzzer," sambungnya.

        Selain itu, Rocky menuturkan bahwa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyebut keberadaan buzzer semacam kebiadaban dalam politik. "Semua bicara begitu, Jusuf Kalla bahkan pernah sangat kejam mengatakan buzzer ini semacam kebiadaban dalam politik," tutur Rocky.

        Dengan begitu, kata Rocky, perlu dibedakan antara influencer yang rapi mempromosikan seseorang dengan buzzer yang menyerang secara brutal. Lanjut Rocky, harus dibedakan juga antara kader partai yang paham visi misi tokoh yang didukung dengan buzzer yang membabi buta. 

        "Jadi itu kontrasnya pem-buzzer-an itu adalah hal yang biadap dalam politik karena makan di mana saja lalu menyerang kini kanan dan sering kali tanpa nama. Jadi pengecut juga sebetulnya," papar dia.

        Baca Juga: Sudah Nggak Penting dan Terbukti Bikin Gaduh dengan Menantang Perang Warga Lain, Apa Jokowi Berani Bubarkan Relawannya?

        Karena itu, kata Rocky, dengen menjamurnya buzzer, publik akan mengingat buzzer yang dipelihara di era Presiden Jokowi. Dia menyebut, buzzer hanya ada di era Jokowi dan tidak ada di era presiden sebelumnya.

        "Selain proyek yang gagal dari Jokowi orang akan ingat bahwa buzzer itu justru berkembang biak di era Pak Jokowi dan hanya di era Pak Jokowi, di era lain nggak ada buzzer," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: