Ganjar Diuntungkan Didukung Jokowi, Bagaimana jika Anies Didukung Habib Rizieq? Begini Prediksi Analis
Menjelang Pilpres 2024, dua sosok ini selalu digambarkan saling berseberangan: Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Meski belum diketahui secara pasti siapa yang akan bertarung di Pilpres 2024 mendatang, kemungkinan adanya polarisasi seperti di Pilpres 2019 terulang lagi jika kedua tokoh itu yang akhirnya maju.
Analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto menjelaskan, Ganjar Pranowo yang mengikuti gaya kepemimpinan Jokowi dianggap sudah diatur sedemikian rupa. Tujuannya adalah memang hendak mengasosiasikan sosok Ganjar dengan Jokowi.
Baca Juga: Pengamat Komentari Wacana Anies Kunjungi Papua di Hari Natal, Singgung Pilkada 2017
"Nanti muncul pandangan, ya Jokowi, ya Ganjar. Jadi kalau memang sekarang dilihat Ganjar mengikuti gaya Jokowi, ya, memang itu yang sengaja mau diciptakan," kata Andi, belum lama ini.
Artinya, sosok Jokowi ingin dilekatkan kepada Ganjar sebagai penerus. "Sehingga dalam proses peralihan ini, meskipun beralih nama, gaya dan sosok kepemimpinan itu kira-kira kurang lebih sama," sambungnya.
Sampai saat ini dukungan Jokowi terhadap Ganjar makin kuat. Siapa pun yang mendapatkan warisan jaringan politik dan kharisma politiknya, juga akan sangat kuat. "Jadi ini menjadikan Ganjar itu sebagai proksi dari Jokowi," tambah Ali.
Kemudian, terkait Anies Baswedan dengan tuduhan-tuduhan politisasi agama, sepanjang Habib Rizieq dan kawan-kawan masih menggunakan cara-cara dan masih bergabung dengan kelompok Anies, tentu isu fundamentalisme ini tidak bisa dihindari.
Bahkan, justru itu yang dihindari sebagian besar pemilih karena melihat gaya politik yang kasar yang ditunjukkan oleh Habib Rizieq dan kawan-kawan.
"Meskipun saya rasa itu berbasis syariah, kemudian masyarakat kita masih lebih senang dengan kesopanan dan tindakan-tindakan yang lebih menunjukkan penghargaan terhadap keberagaman. Kalau dengan demikian, kemungkinan Anies akan ditinggalkan oleh kelompok-kelompok Islam moderat," ucap Ali.
Di sisi lain, Anies tentu tidak berani secara langsung meninggalkan kelompok fundamentalis yang jelas-jelas berpengaruh buruk terhadap elektabilitasnya. Dengan melakukan itu, dan berpindah ke kelompok Islam moderat, Anies juga belum tentu mendapatkan dukungan yang sesolid dan seloyal oleh kelompok-kelompok fundamental.
"Jadi saya rasa memang ini sebuah keputusan yang sulit dan serba salah dan harus dicarikan jalan tengah bagi Anies untuk memperluas jangkauan politiknya," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum