Kubu Anies Baswedan Sibuk Lawan Cacian, Loyalis Ganjar Pranowo Ribut Bahas Kode-kodean Jokowi
Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi menyoroti menariknya sejumlah pembahasan terkait dengan tokoh politik di media sosial jelang Pilpres 2024.
Hasil survei lembaganya menemukan bagaimana Anies Baswedan sukses menjadi yang terbaik dalam sisi pemberitaan maupun perbincangan di media sosial.
Baca Juga: Cerdas! Tidak Sekedar Hadir, Anies Baswedan Ingin Curi Panggung di Acara Pernikahan Kaesang-Erina
Dijelaskan, mayoritas isi percakapan Anies masih diisi oleh perdebatan kubu pro maupun kontra Anies, khususnya pada isu kunjungan Anies dan respons publik di tempat yang dikunjungi, serta kehadiran Anies pada acara G20.
“Emosi yang kuat dalam perbincangan Anies masih berupa luapan kemarahan (anger) yang utamanya berisi saling hujat antara pendukung Anies dan kontra Anies,” ucapnya dalam keterangannya, Jumat, (9/12/2022).
Kubu pendukung Anies kata dia, menilai kelompok kontra Anies masih simpan dendam atas kekalahan pada Pilkada DKI silam dan terus lakukan hoaks atas kerja-kerja Anies di DKI.
Sebaliknya, kubu kontra Anies terus labelisasi Anies dan pendukungnya sebagai kelompok intoleran dan penebar hoaks.
Dalam percakapan, Anies konsisten diasosiasikan sebagai tokoh yang radikal dan intoleran oleh para pengkritiknya. Bahkan, kata radikal dan intoleran dapat dengan mudah ditemukan dalam percakapan tentang Anies.
Sementara itu, percakapan mengenai Ganjar Pranowo juga diisi oleh kubu pro maupun kontra. Frasa “Rambut Putih” yang ramai di akhir November, di satu pihak diapresiasi oleh pendukung Ganjar, di lain pihak dikritik karena dukungan Presiden pada satu tokoh untuk menjadi penerusnya, dinilai tidak laik.
Perbincangan didominasi oleh emosi joy dan trust. Kedua emosi tersebut didorong oleh isyarat dukungan Joko Widodo alias Jokowi pada Ganjar.
“Dalam percakapan, Ganjar terlihat diasosiasikan sebagai tokoh yang kapabel, merakyat, juga pilihan Jokowi. Hal ini terlihat dari tingginya kata Jokowi, pilihan rakyat, hebat, bertanggung jawab, amanah, juga keren dalam pembahasan tentang Ganjar,” tuturnya.
Selanjutnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi tokoh yang banyak dibincang dalam nada positif dengan 94% perbincangan bernada positif, disusul Menteri BUMN Erick Thohir (89%) dan Airlangga Hartarto (84%).
Sedangkan tokoh yang banyak dibincang dalam nada negatif adalah Ketua Umum Partai Demokrat AHY (38%), Sandi (24%), dan Ganjar (19%).
Sebagai tokoh dengan sentimen positif tertinggi, Cak Imin diasosiasikan sebagai tokoh yang kapabel, peduli dan santun.
Adapun sebagai tokoh dengan asosiasi negatif tertinggi, beberapa kata negatif yang dilekatkan pada AHY antaranya “HambalangMangkrak”, “DemokratKoruptor”, dan “AHYbaukencur”.
Hal ini segala sesuatu terkait dengan AHY terus diasosiasikan sebagai tokoh yang tidak kompeten atau masih anak-anak.
Sebagai salah satu kandidat terkuat Capres 2024, Prabowo terus diasosiasikan sebagai pemimpin yang tegas, kapabel, dan memegang teguh sumpah atau janji. Tidak terlihat ada asosiasi negatif terhadap Prabowo.
13/ Pada peta SNA, klaster AHY dan Anies terlihat rapat. Selain itu, klaster perbincangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terlihat diapit oleh klaster perbincangan tentang Anies dan Prabowo.
Peta percakapan tentang Ganjar, hampir sepenuhnya lekat dengan percakapan tentang Erick Thohir. Selain itu, aktor-aktor yang berbicara tentang Ganjar, juga kerap membicarakan Anies.
Paling tingginya jumlah follower Ridwan Kamil ternyata tidak dibarengi dengan paling tingginya popularitas. Ini karena follower Kang Emil lebih banyak mengamplifikasi (RT) postingan tokohnya, tapi tidak ikut aktif membuat postingan sendiri yang berupa dukungan.
“Di sisi lain, jumlah follower Anies yang tidak paling besar, meski termasuk yang cukup tinggi, ternyata memiliki popularitas yang paling tinggi. Ini karena jumlah netizen yang aktif melakukan engagement dan membuat postingan (pro/kontra) itu sangat besar,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar