Ekonom Dorong Pemerintah Pusat Segera Respons dan Lakukan Perbaikan Terkait Keluhan Bupati Meranti: Keluhan Seperti Ini Wajar Terjadi!
Ekonom Didik J Rachbini menganggap keluh kesah seperti yang disampaikan oleh Bupati Meranti Muhammad Adil adalah hal yang wajar.
Sebagaimana diketahui, Muhammad Adil mengkritik Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait Dana Bagi Hasil (DBH) minyak di wilayah yang dipimpinnya.
“Keluhan, kekecewaan dan ketidakpuasan seperti ini wajar terjadi,” ujar Didik dalam keterangan resmi yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, Selasa (13/12/22).
Didik pun meminta agar pemerintah bisa menanggapi serius keluhan yang disampaikan langsung oleh seorang bupati ini.
Regulasi atau aturan yang sedang berlaku bisa dipertimbangkan lagi agar bvisa mengakomodir kepentingan rakyat banyak.
“Harus ditanggapi oleh pemerintah pusat dengan transparan.Bahkan jika perlu ada perbaikan-perbaikan aturan baik, baik undang-undang maupun aturan main di bawahnya. Aspiarasi pemerintah daerah harus tetap diparhatikan karena daerah merupakan bagian dari satu kesatuan NKRI," jelasnya.
Meski demikian, Didik juga menyayangkan narasi yang dibuat oleh Adil yang menyinggung Kemenkeu diisi oleh “Iblis dan Setan”.
Belum lagi persoalan mengangkat senjata dan memisahkan diri ke negara tetangga yang bisa saja dikategorikan makar.
“Namun demikian, ketika dialog menjadi tidak dialogis, Bupati menjadi politisi yang barbar dengan menyebut Kemenkeu diisi iblis dan setan, maka persoalan menjadi lain. Kemudian, Bupati mengancam untuk angkat senjata dan bergabung dengan Malaysia, maka persoalan menjadi lebih berati lagi masalah NKRI dan makar,” jelasnya.
“Ucapan dan tindakan seorang pejabat negara seperti ini sudah bisa dikatagorikan makar. Jika seperti dibiarkan berjalan wajar dan biasa-biasa saja, maka bukan tidak mungkin banyak lagi pejabat negara yang mulai mengoyak NKRI dan kesatuan bangsa akan menjadi rapuh,” tambahnya.
Lanjut Didik, DPR bisa memanggil bupati tersebut, pemerintah pusat dalam hal ini Mendagri dan presiden bisa mengambil tindakan atas dasar hukum yang berlaku.
“Saya setuju dengan Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni apa yang disampaikan itu dapat dikategorikan sebagai makar dengan menghina dan menyampaikan ancaman bergabung dengan negara tetangga.Saya menganjurkan ketidaksetujuan DPR ini tidak hanya dalam kata-kata tertapi DPR berkuasa justru ditindaklanjuti dengan memanggil yang bersangkutan,” tegasnya.
Sebelumnya, Muhammad Adil di hadapan Dirjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, mengeluarkan uneg-unegnya tentang tentang Dana Bagi Hasil (DBH) Migas yang ia anggap tak adil didapatkan oleh masyarakatnya.
"Kemarin waktu zoom dengan Kemenkeu tidak bisa menyampaikan dengan terang. Didesak, desak, desak barulah menyampaikan dengan terang bahwa 100 US$ dollar/barel," kata Adil dalam video yang tersebar.
"Sampai ke Bandung saya kejar Kemenkeu, juga tidak dihadiri oleh yang kompeten. Itu yang hadiri waktu itu entah staf atau apalah. Sampai pada waktu itu saya ngomong 'Ini orang keuangan isinya ini iblis atau setan'," tambahnya.
“Apa perlu Meranti angkat senjata," tanya sebagaimana dalam video yang tersebar.
“Jika tidak bisa juga, kita ketemu di mahkamah. Izin pak, saya eneg menghadap bapak ini, saya lebih baik keluar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto