Heran Anies Takut Ucapkan Selamat Natal, PSI: Jangan Mimpi Jadi Presiden, Sama Saja Berkhianat...
Beredar informasi di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa Anies Baswedan takut mengucapkan selamat Natal setelah disematkan nama Yohanes oleh salah satu pemuka agama di Papua. Hal itu pun kini menjadi tanda tanya besar.
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli, mengatakan hal tersebut terlihat aneh ketika semua pejabat dan tokoh publik mengucapkan selamat Natal seperti Presiden Joko Widodo juga para pemimpin dunia seperti Syekh Ahmad Toyib di Mesir yang mengucapkan selamat Natal.
Baca Juga: Anies Dapat Nama Yohanes dari Pemuka Gereja, PSI: Selamat, Para Pendukung Anies Pasti Senang!
"Anies malah tampak ketakutan mengucapkan selamat Natal, Anies cuma bilang gini semoga kedamaian kebahagiaan dan keteduhan mengiringi umat Kristiani di hari perayaan Natal ini, selamat berkumpul bersama keluarga dalam kehangatan, keceriaan dan kenangan indah. Tidak ada kalimat selamat hari Natal di ucapan Anies itu, ini kok Yohanes Anies takut mengucapkan selamat Natal," ujar Guntur dikutip dalam akun YouTube CoktoTV, Selasa (27/12/2022).
Guntur menduga, hal tersebut terjadi lantaran ketakutan Anies kepada para pendukungnya yang berasal dari kelompok fanatik garis keras yang tak hanya mengharamkan ucapan selamat Natal tapi sampai menyesatkan dan memurtadkan bagi siapapun yang mengucapkan selamat Natal.
"Namun bagi pejabat publik bagi saya wajib secara etis mengucapkan selamat Natal sebagai bagian dari pengakuan sosial dan politik terhadap umat beragama yang diakui secara resmi dan sebagai bagian dari warga negara Indonesia," ujarnya.
Bukan hanya mengucapkan selamat Natal, tetapi pejabat publik juga harus memberikan ucapan pada hari besar keagamaan lain yang diakui di Indonesia, seperti Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu.
"Karena agama-agama kepercayaan itu diakui dan dilindungi di negeri ini, pejabat publik tidak boleh berpihak pada satu agama, dia harus melayani semua warga negera Indonesia terlepas apa pun agamanya," ungkapnya.
Pasalnya, pejabat publik harus menampilkan dirinya sebagai representasi publik, kalau publiknya beraneka ragam maka harus menghormati, mengakui, dan menerima keanekaragaman itu.
"Pejabat publik yang tidak mau mengucapkan selamat Natal atau pada hari besar keagamaan lain berarti berkhianat pada prinsip Bhineka Tunggal Ika. Jadi jangan pernah berfikir mau jadi pejabat publik apalagi bermimpi jadi presiden kalau takut mengucapkan selamat Natal hanya karena tekanan kelompok radikal seperti Anies," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: