Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mohon Maaf Cak Nun Bukan Ulama! Gus Abbas Soal Ucapan 'Jokowi bak Firaun': Dilihat dari Tataran Agama, Salah...

        Mohon Maaf Cak Nun Bukan Ulama! Gus Abbas Soal Ucapan 'Jokowi bak Firaun': Dilihat dari Tataran Agama, Salah... Kredit Foto: Instagram/Emha Ainun Nadjib
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        KH Muhammad Abbas Billy Buntet Cirebon atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Abbas menyoroti pernyataan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang menganalogikan Jokowi serupa Firaun. Pernyataan yang disampaikan Cak Nun dalam kajian Maiyah yang digelar di Bangbang Wetan, Surabaya beberapa waktu lalu itu berujung cibiran publik.

        Saat itu, selain menyebut Jokowi serupa Firaun, Cak Nun juga menyebut Luhut Binsar Pandjaitan sebagai perlambangan Haman dan pengusaha Anthony Salim serupa Qorun.

        Baca Juga: Politikus PDIP Duluan Ngomong 'Hasrat Firaun' Tentang Perpanjangan Masa Jabatan Presiden, Jauh sebelum Cak Nun

        "Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 Naga terus Haman yang namanya Luhut. Negara kita itu sesempurna dicekel cek wis gaono bocor-bocore oleh Firaun Haman dan Qorun itu seluruh sistem perangkat alat-alat politiknya sudah dipegang mereka semua, kon milih sopo wae ngko wis ono sik menang, nah itu dewasa tegak monggo tapi pokoknya....," ucapnya.

        Gus Abbas Buntet Cirebon, lewat channel YouTube Saung Annadwah Channel bertajuk "Klarifikasi Cerdas Gus Abbas tentang Cak Nun Sebut Jokowi Firaun", menyayangkan pernyataan yang bernada menjelekkan sesama umat muslim itu. Peryataan Cak Nun itu dianggap melenceng dan fatal dari segi agama. Bahkan, dengan pengaruhnya yang besar, berpotensi meracuni rakyat.

        "Dilihat dari tataran agama salah, menganalogikan Jokowi dengan firaun itu kesalahan fatal. Segi agama kan Jokowi muslim, firaun kafir. Itu melenceng. Itu bisa menimbulkan asumsi yang kurang bagus dan meracuni rakyat dalam hal berdemokrasi secara sehat. Kita boleh beda pendapat, tapi tidak boleh menjelek-jelekkan apalagi mohon maaf memberi julukan yang tidak pantas. Itu sangat dilarang oleh agama," terangnya, dikutip Senin (23/1/2023).

        Ia menerangkan bahwa seseorang yang memberi julukan kepada orang yang dibenci itu termasuk orang yang munafik. "Kata Imam Jalaluddin Al Mahali siapa yang memberi julukan kepada orang yang dibenci itu termasuk orang yang di dalam hatinya ada titik kemunafikan," ucapnya.

        "Saya tidak suka ada julukan ada cebong kadrun dan kampret, itu jangan. Allah saja memanggil kita dengan panggilan yang begitu baik dan indah, tapi kenapa kita memanggil sesama muslim dengan panggilan yang kurang baik. Itu jauh dari kebijaksanaan, dan jangan kalian tiru," imbuhnya.

        Ia meminta Cak Nun untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata sebab dirinya bukanlah ulama yang bisa berfatwa. Gus Abbas berharap melalui kajian Maiyahnya Cak Nun justru bisa lebih fokus dalam mensyiarkan pembenahan moral dan akhlak.

        "Saya minta ke Cak Nun ajang Maiyah jadi pembenahan moral dan akhlak. Jadi bagaimana? Cak Nun harus mengerti bagaimana tentang berakhlak, bagaimana tentang mengucap sesuatu, karena mohon maaf, Cak Nun itu bukan ulama beliau budayawan," ujarnya. 

        "Boleh bicara masalah agama, boleh bicara akhlak tapi ingat jangan fatwa karena itu urusan mufti, urusannya ulama. Seumpama tidak tahu Al-Qur'an, hadits lalu bicara quran dan hadits lalu fatwa, yang ada itu yang timbul bukan dakwah tapi syaiton," tegasnya.

        Baca Juga: Fahri Hamzah Bongkar Hikmah di Balik Ceramah Cak Nun yang Sentil Jokowi: Di Zaman Edan, Dia Mancing Emosi Kita Supaya...

        Cak Nun setelah pernyataan Jokowi Firaun viral segera merespons dengan minta maaf. Ia bahkan mengaku ketika pernyataan itu terucap dirinya tengah kesambet.

        "Saya minta maaf kepada semua yang terciprat menjadi tidak enak atau menjadi menderita atau menjadi apapun oleh ucapan saya itu," ucapnya saat momen Mocopat Syafaat dan Tawashshulan di Kasihan, Bantul beberapa waktu lalu.

        "Kita harus memahami bahwa hidup kita nomor satu adalah ruh kita. Maka kita mulai tahun 2023 aktivasi ruh itu dan di puncak aktivasi ruh itu saya sendiri yang diberi ujian oleh Allah. Jadi ketika sedang indah-indahnya Maiyah, ketika sedang puncak-puncaknya hidayah Allah menabur ke Maiyah itu saya sendiri yang terpeleset. Artinya, saya dikasih ujian oleh Allah yang luar biasa, meneng-meneng aku ki ngomong hal Firaun coba. Itu saya kesambet," terangnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: