Microsoft X OpenAI: Senjata Pamungkas Kolaborasi Digital yang Mendisrupsi Para 'Status Quo' Pebisnis Teknologi
Di era disrupsi teknologi saat ini, pembaharuan inovasi secara terus-menerus merupakan kunci sukses dalam menghadapi persaingan. Contoh utamanya adalah pada perusahaan teknologi yang kian hari kian memanas berlomba-lomba menciptakan inovasi teknologi yang paling canggih.
Dampaknya, persaingan antarperusahaan makin ketat. Para pebisnis melakukan yang terbaik demi tercapainya kemenangan dari kompetitornya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi persaingan adalah kolaborasi. Yap, kolaborasi yang dilakukan baik dengan pemasok, pesaing, atau institusi yang bahkan memiliki jenis bisnis yang sama sekali berbeda.
Baca Juga: Identitas Digital Dapat Percepat Inklusi Keuangan
Salah satu contohnya adalah kolaborasi yang dilakukan oleh Microsoft dan OpenAI. Meskipun kedua brand ini sudah terkenal sebagai perusahaan teknologi yang paling berharga di dunia, mereka tetap melakukan kolaborasi dengan tujuan untuk mendongkrak brand equity untuk menjadi top leader di bidangnya masing–masing.
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Reid Hoffman, salah satu miliarder di dunia dan sebagai pendiri LinkedIn, "Tidak peduli seberapa brilian pikiran atau strategimu, jika kamu bermain solo, kamu akan selalu kalah dari tim."
Melalui kolaborasi ini, Microsoft menggandeng OpenAI untuk mewujudkan strateginya dalam penggunaan artificial intelligence. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan layanan mesin pencarian Bing dengan mengintegrasikan layanan ChatGPT sebagai model bahasa yang menggunakan pembelajaran mendalam untuk menghasilkan respons teks mirip manusia.
Sementara, OpenAI telah mendapatkan pendanaan yang begitu besar dari Microsoft sehingga mereka terdorong untuk mengembangkan artificial intelligence yang lebih baik lagi.
Ketangkasan Microsoft dalam "menangkap umpan" yang dilemparkan oleh OpenAI ini akan menghasilkan layanan mesin pencari yang secara eksklusif dapat dinikmati oleh konsumen dengan nyaman.
Dampaknya, sangat jelas brand equity dan brand awareness kedua brand ini melambung tinggi dan meluas di kalangan masyarakat dunia. Tujuan utamanya, Microsoft ingin membuat mesin pencarian mereka, yaitu Bing bisa melompat melewati Google dengan kolaborasi kapabilitas teknologi yang dimiliki ChatGPT.
Adanya kemunculan isu bahwa adanya kolaborasi ini menjadi sebuah ancaman bagi kompetitor bahkan mereka dikabarkan seharusnya menyatakan red code atau kewaspadaan.
Kicked Off the "Status Quo" and Breaking New Business Landscape Thru Collaboration
Tujuan bisnis adalah menciptakan produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Selain produk dan layanannya sesuai, kemudahan dan kenyamanan juga perlu diperhatikan, terutama untuk teknologi baru.
Tidak sedikit masyarakat yang masih merasa kesulitan dan tidak nyaman ketika mengakses dan memanfaatkan teknologi baru hingga memungkinkan kecanggihan teknologi tersebut sia–sia bahkan dianggurkan.
Baca Juga: Persatuan Insinyur Indonesia Dukung Penuh Pembangunan IKN dan Dorong Percepatan Digitalisasi
Jika kita menganalisis lebih dalam strategi ini menggunakan model digital collaborative marketing yang secara khusus saya kembangkan dalam buku yang sebentar lagi saya rilis, strategi ini termasuk kedalam broaden digital capacity.
Di mana, Microsoft menyadari bahwa dalam sebuah bisnis, "makin kaya kapabilitas yang dimiliki, maka makin jaya perusahaannya" sehingga Microsoft berusaha untuk memperkaya kapabilitasnya dengan berkolaborasi bersama OpenAI.
Bayangkan saja jika kolaborasi ini berhasil menciptakan mesin pencarian yang lebih pintar dibanding yang dimiliki Google, di mana kita bisa mendapatkan hasil pencarian yang sangat spesifik & terkustomisasi, bahkan makin di-feeding oleh data dan perintah, maka makin pintar dan sesuai hasil yang dimunculkan.
Seperti yang sudah banyak viral di sosial media, ChatGPT saat ini saja sudah bisa diperintah untuk membuat tulisan pendek untuk kebutuhan email, caption sosial media, bahkan ada yang mencobanya untuk menulis skripsi.
Sungguh sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya, bahkan ini menjadi ancaman besar bagi Google, apakah Google bisa menyaingi dan berinovasi untuk menjawab tantangan ini?
Lesson Learned:
Sebagai sebuah bisnis kita tidak boleh terlena oleh "status quo" yang kita miliki selama ini, lihatlah bagaimana besarnya Google merajai pangsa pasar bisnis search engine dan digital di dunia, tapi bisa "dihancurkan" dalam waktu singkat oleh teknologi baru saat ini.
Microsoft sudah belajar dari kesalahan mereka masa lalu, di mana kesombongan status quo mereka di dunia software membuat ia kalah dengan Apple dan Android, mereka tidak mau mengulanginya untuk kedua kalinya.
Inilah indahnya kolaborasi, setiap bisnis bisa menjadi pemenang dan mendapatkan "lompatan kesuksesan" yang mereka raih bersama untuk menggebrak sang "status quo".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: