Film Dokumenter Teranyar Kuak Peran Jerman Barat dan Eks-Nazi dalam Genosida di Indonesia
Sebuah film dokumenter baru mengungkapkan hubungan antara Jerman Barat dan Indonesia dekade 1960-an, lapor Morning Star.
Jerman Barat tidak hanya mendukung dan membiayai rezim Suharto dalam pembantaian kaum kiri pada akhir 1960-an, tetapi juga mengerahkan mantan Nazi ke Jakarta untuk memantaunya.
Baca Juga: CENTRIS Menilai Partai Komunis China tidak Terlalu Peduli Protes Masyarakat
"Genosida Indonesia 1965: Perang Jerman yang tidak diketahui melawan komunisme" dirilis oleh Redfish, Jumat (27/1/2023) lalu dan temuannya telah dilaporkan dalam surat kabar Jerman Junge Welt.
Jenderal Suharto, dalam dokumenter itu, dikatakan memimpin kudeta terhadap Presiden Indonesia Sukarno tahun 1965 dengan sebuah proyek memusnahkan sayap kiri, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu terbesar ketiga di dunia dengan setengah juta anggota.
Junge Welt, yang menyarikan dokumenter itu menjadi sebuah narasi, mengatakan diperkirakan dua hingga tiga juta orang dieksekusi secara sewenang-wenang selama beberapa tahun ke depan.
Dan, dokumen yang terungkap dalam film baru menunjukkan Jerman Barat berada di garis depan dalam memasok senjata dan peralatan komunikasi kepada para pembunuh.
Setiap duta besar Jerman Barat untuk Indonesia antara tahun 1952 dan 1970 telah membangun karier kantor luar negeri mereka di era Nazi di bawah Joachim von Ribbentrop.
Investigasi menunjukkan, Hilmar Bassler, yang mewakili Bonn di Jakarta dari tahun 1968-1970, bertanggung jawab atas propaganda Nazi di seluruh Asia timur selama perang dunia kedua, sementara Werner Otto von Henting, duta besar Jerman Barat pertama untuk Indonesia, membantu semangat mantan mufti Yerusalem, kolaborator Nazi Mohammed Amin al-Husseini, keluar dari Berlin pada April 1945.
Jerman Barat terus memberikan senjata dan dana kepada rezim tersebut meskipun mengetahui pembantaian tersebut secara mendetail.
Sebuah laporan dari atase militernya di Jakarta, bermarga Meyer, pada Januari 1965, menjelang kudeta, mengatakan tentara menguji air dengan menangkap 1.400 pekerja perkebunan “sebagai tindakan pencegahan dan percobaan” untuk mengukur kekuatan reaksi Partai Komunis.
Laporan Meyer mengatakan bahwa "400 kemudian dibebaskan dan sisanya dikubur."
Dokumen Kementerian Luar Negeri lainnya yang dipelajari menunjukkan instruksi untuk menyamarkan pegangan pistol asal Jerman yang dikirim ke militer Indonesia, dan sebuah catatan tahun 1966 yang menyatakan bahwa menolak perintah persenjataan darinya akan “melemahkan kekuatan yang ingin kami dukung dan secara tidak langsung bekerja ke tangan elemen komunis yang tersisa.”
Banyak mantan Nazi menduduki jabatan tinggi di Jerman Barat, yang paling terkenal adalah Adolf Heusinger, kepala staf Wehrmacht di bawah Hitler yang menjadi kepala NATO pada 1960-an.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto