Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan stigma petani yang diasosiasikan dengan kemiskinan. Hal ini disampaikan Moeldoko saat mengetahui kurangnya minat anak muda untuk terjun ke sektor pertanian karena dianggap tidak menguntungkan secara finansial.
"Saya tidak suka dengan stigma petani itu miskin. Kita jangan terjebak dengan pandangan negatif seperti itu. Petani Indonesia bisa kaya, bisa sejahtera," kata Moeldoko dalam keterangannya, Kamis (2/2/2023).
Baca Juga: Dongkrak Kualitas Pendidikan Difabel, Moeldoko: KSP Siap Jadi Jembatan
Menurutnya, dunia pertanian itu luas artinya menjadi petani bukan hanya tentang terjun ke medan berlumpur. "Anak-anak muda yang melek teknologi bisa memainkan peran di bidang digital untuk memajukan pertanian Indonesia," imbuhnya.
Moledoko yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini mengatakan bahwa pemerintah terus memprioritaskan bantuan subsidi untuk petani. Salah satunya adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian yang jumlahnya mencapai Rp70 triliun.
Namun sayangnya, perguliran KUR di daerah-daerah belum maksimal karena banyak para petani yang tidak teredukasi akan hal ini.
"Jadi kalau ada saudara-saudara petani kita yang belum dapat KUR, mohon diajari bagaimana caranya untuk mengakses bantuan dari pemerintah ini," ucapnya.
Baca Juga: Sudah Dikecewakan Jagoannya, Loyalis Jokowi Ini Milih Pindah Haluan Jadi Pendukung Anies Baswedan
Dalam acara panen raya tersebut, Moeldoko berdialog dengan masyarakat di Desa Balongsari untuk menampung aspirasi dan keluhan para petani. Di antara beberapa keluhan masyarakat adalah terkait ketersediaan pupuk bersubsidi, bantuan infrastruktur jalur irigasi, dan masalah regenerasi petani.
Adapun Kab. Karawang sendiri merupakan salah satu lumbung pangan nasional yang memproduksi sekitar 500 ribu ton beras tiap tahunnya.
Baca Juga: Milih Next Jokowi yang Taat Konstitusi dan Antikorupsi, Jawaban Eks Wakil Menteri: Anies Baswedan!
Oleh karenanya, pertanian di Kab. Karawang menjadi perhatian Kepala Staf Kepresidenan. Sebanyak 70 alat penyemprot untuk padi pun diberikan kepada Desa Balongsari untuk mendukung produktivitas petani.
"Setelah dihantam COVID-19, dunia dihadapkan pada situasi sulit akibat perang. Semua bahan pangan jadi mahal, termasuk pupuk. Maka harus mulai dibangun kesadaran bagi petani untuk beralih ke pupuk organik," pungkas Moeldoko.
Baca Juga: NU Dipuji Moeldoko, Satu Abad Bersama dan Mengawal Indonesia
"Harga gabah kering dan beras saat ini sedang tinggi. Nah, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Tanam padi harus dioptimalkan, benih jangan salah pilih, jadwal pemberian pupuk jangan sampai kelewatan, hasilnya nanti pasti akan baik," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: